Minggu, 08 Desember 2013

karna aku takut jika semua akan semakin menjauh



Ceritanya masih cerita yang sama. Cintanya masih cinta yang sama. Bahkan bahasa yang kupakai masih sama. Hanya tahunnnya yang akan berganti, padahal aku belum mau mengahabiskan tahun ini. Karna aku takut akan tidak lagi melihatmu seprti saat ini, dengan cinta yang berada dalam diam. Dalam segala kata yang kurangkai seolah menceritakan bahwa aku dan kamu selalu bersama, nyatanya tidak. Entah bagaimana aku akan menyambut pergantian ini sementara hatiku belum bisa menyambut apapun yang akan kau tinggalkan ditahun ini. Semuanya. Semua yang menggantung, tapi tak terlihat hanya mampu dirasakan. Aku tidak pernah akan melupakanmu, hanya saja aku berusaha untuk membiasakan diri tanpamu (lagi). Dan nyatanya itu lebih sulit dari melupakanmu.

“dan entah mengapa aku belum rela untuk melupaka, walau dia mungkin sudah lupa. Bahkan semua kenyataan yang dia rasakan dulu berbeda dengan kenyataan kini meski aku terlambat aku mengetahuinya. Bahkan saat semua disekitarku telah membukakan pintu untuk yang lain, justru aku masih tetap menutupnya sejak dia pergi, hingga kini dia tak ingin mencoba masuk lagi.”

Siang ini, dalam perjalanan sepulang gereja, tak semua yang menjadikan aku kuat terlihat kuat. Bahkan aku lemah, aku gadis muda yang menghabiskan sedikit waktuku untuk bermain dengan kesedihan yang berdiam dalam angan sebuah mimpi yang tak berwujud. Aku pulang dengan harapan dari Advent II ini aku mendapat pembaruan hati, hingga kelak akhirnya Tuhan memngirimkan kado natal terindah.

“aku mengetahui kesedihanmu nak, aku bisa melihatnya dari matamu dengan semua yang pernah kau rasakan. Biarkan cintamu tetap sperti itu, dan biarkan hingga waktu yang akan menghapusnya agar kau rela melepas semuanya.” 

Beliau begitu mengejutkanku yang sedang melamun dalam abstrak yang kupikirkan. Aku tak mengenalnya, tapi yang aku tahu dia juga baru pulang dari gereja yang sama yang kudatangi. Aku masih diam dan bingung dengan perkataan yang tiba-tiba dia ucapkan yang memang itu benar. Tetapi dia  masih menyambung perkataannya, seolah dia benar-benar pembaca pikiran yang handal, dia berkata “aku selalu melihatmu datang kegerja dengan doa yang sama yang selalu kau ucapkan, matamu tak bisa berbohong nak, kau memang tidak meneteskan air mata pada pipimu, tapi hatimu basah selalu menangis, bahkan itu lebih sakit dari sekedar mengeluarkan air mata pada pipimu.” Aku masih bingung. Tetapi ibu itu benar-benar tahu, tanpa aku mengungkapakan sekalimatpun dia sudah bisa tau. 

Kemudian aku berkata “ Aku terlanjur mencintainya bu, karna dia terlanjur bisa menghapus sakit yang kukira tak akan bisa sembuh. Dia mampu membawaku kembali kepencerahan tentang Kuasa Tuhan setelah aku hampir disesatkan oleh kuasa setan, bahkan dia membantuku untuk bersikap biasa ketika semua menjadi beban pikiranku saat aku jatuh kelubang yang salah, dia begitu sederhana mengajarkanku tentang kasih dan kemuliaan. Ketika aku gelap, dan aku hampir menjadi satu dengan kuasa setan. Itu yang hingga kini tak bisa aku lupa. Itu yang membuatnya melekat walau tanpa perekat apapun. Sementara kini semua tak lagi seperti dulu. Aku selalu mengingatnya, bahkan mungkin aku tak rela jika tahun berganti, karna aku takut jika semua akan semakin menjauh.”

“harusnya kamu bersyukur nak, tahun akan berganti, Natal akan datang. Kamu harus tahu, tak ada waktu yang lebih pasti selain masa Natal untuk menyaksikan berbagai macam keajaiban. Ketika semua mimpi dan permohonan seolah terwujud. Maka biarlah keajaiban Natal yang akan mewujudkan mimpimu yang sebenarnya bukanlah mimpi, tetapi keinginan. Dan birakanlah semua menjadi kado Natal bagimu, walau semua yang akan terjadi tak seperti keinginanmu.”

Baru saja aku ingin membalas perkataan itu, tetapi beliau sudah sampai pada tujuannya. Aku seperti bertemu malaikat. Aku tidak pernah tau, kelak Tuhan akan memberikan kado Natal apa tahun ini. Aku tidak mengerti mengapa Tuhan mempertemukanku denganmnya ditahun ini. Saat aku yang sebelumnya tidak pernah tau bahwa ada dia disini, hingga semuanya mulai didekatkan, hingga ternyata dia diam dengan segala apa yang dipendam, dan hingga membuat aku yang sebelumnya tidak tahu menjadikanmu fokus dalam pandanganku, dan hingga akhirnya kau menjauh. Aku sempat merasa hampir tertidur diawan, tetapi mungkin hanya aku yang terlalu merasakannya indah, bahkan tidak kamu sedikitpun. 

Tapi aku tidak menyesalinya karna sejak awal aku tidak pernah menghindari kehadiranmu untuk masuk dalam hidupku, walau hanya sesaat itu terjadi.

“Dari delapan bulan lalu aku melihat sosokmu, hingga sekarang memasuki akhir tahun dan pergantian tahun, aku memulai fokusku di kamu, dengan segala ketidaktahuan, hingga aku benar-benar tahu. Hingga segala mimpi malam hanya bercerita tentangmu saja, aku masih dengan fokus yang sama. Bahkan aku ingin merayakan Natal dengan fokusku, walau hanya dapat kupendam”

Tapi aku tidak menyesalinya karna sejak awal aku tidak pernah menghindari kehadiranmu untuk masuk dalam hidupku, walau hanya sesaat itu terjadi.



plbg, 08 desember 2013