Kamis, 03 Juli 2014

buatmu yang pernah tak sengaja membentak mereka



Tak cukup banyak kata yang mampu menggambarkan bagaimana kasih sayang mereka. Kasih sayang yang tak pernah putus sekalipun amarahnya membakar waktu. Tak pernah putus sekalipun sayatan kata yang selalu terlontar dari ucapan. Gertakan terkadang membuat hati mereka luka, sakit. Seolah mereka disakiti orng lain yang tak mereka kenal. Bahkan terkadang ini lebih sakit karena darahnya yang sudah berwujud manusia sendiri yang ternyata menyakiti hatinya dan meruntuhkan perasaannya. Sikapnya memang keras, tapi terkadang kita tak sadar betapa lembutnya hati seorang ibu. Mendidik bukan hanya mengajar. Menjaga bukan hanya tanggungjawab. Dan membesarkan bukan hanya perintah. 

Dari aku yang hanya segumpal darah, hingga aku sempurna dengan mata, hati, dan perasaan, bahkan lengkap dengan ucapan yang pernah tak sengaja menyakitinya. Dari aku yang hanya bisa duduk dilantai hingga aku bisa berlari sejauh mungkin sampai pernah meninggalkannya. Kasih sayangnya tak pernah putus walau tak tiap detiknya aku temani dengan senyum dan kebahagiaan. 

Ingat tidak, tangannya begitu kuat menggendong ketika kau sakit?
Ingat tidak, tubuhnya hangat memelukmu ketika kau terbaring dan tak berdaya ditempat tidurmu?
Ingat tidak, dia berlari kencang saat tangismu terpecah hanya karna kecoa yang mengganggumu?
Ingat tidak, betapa cemasnya dia ketika kau sekali saja terbatuk?
Ingat tidak, dia melewatkan mimpi indahnya hanya untuk terjaga saat kau dijerat oleh sakitmu?

Itu semua kau temukan hingga sampai kau beranjak dewasa, tak putus kasih sayang, tak habis kesabaran, dan tak sudah perjuangan untuk membesarkanmu, membimbingmu mendapatkan apa yang kau impikan. 

Tapi kadang amarahmu tepecah hanya karna tak ada makanan dimeja makan ketika kau pulang kemalaman. Amarahmu terpecah hanya karna dia tak secepat dulu berlari ketika kau butuhkan. Amarahmu terpecah hanya saja karna apa yang kau inginkan tak tepat waktu ia penuhi. Kekuatanmu hanya menuntut apa yang kau butuhkan, tidakkah kau ingat bahwa dia tak sekuat dulu? Bahwa dia tak sesigap dulu? Dia sudah hampir tua dimakan waktu, usianya sudah tak semuda dulu.

Bahkan tangannya tak sekuat dulu lagi untuk menggendongmu. Kakinya tak sekencang dulu untuk berlari menghampirimu. Tubuhnya pun akan lemah, dan tak sekuat dulu untuk dapat mendekap hangat tubuhmu. Lihat wajahnya akan keriput, kulitnya habis dimakan matahari hanya untuk menghidupimu. Bahkan tangan pria itu, pria yang menemaninya hingga kau terlahir didunia ini pun akan tak sanggup juga untuk menopangnya. Dia Ayah, yang temani ibu habiskan lembaran putih buku harian mereka, yang menceritakan begitu bahagianya mereka memilikimu, merawatmu dengan mengajarkan kekuatan Iman. Hingga tercapai sukses itu olehmu, sukses yang dulu ketika kau kecil sering kau ceritakan pada mereka.

Buatmu yang kini tak lagi seperti dulu selalu ada didekat mereka, buatmu yang pernah tak sengaja membentak mereka. Ucapanmu terkadang tak sengaja menyakiti hati perempuan yang tegas namun berhati lembut itu. Lihatlah kelak ia akan terbaring dengan sakitnya sendiri, terbaring lemah dengan jerat penyakit yang bersarang ditubuh yang dulu pernah mendekap hangat tubuhmu, melemahkan tangan yang dulu kuat, menimpa kaki yang dulu ringan mengejarmu. 

Bisakah kau membalas kehangatan yang selalu dia limpahkan? Bisakah setiap ia terbaring lemah kau selalu ada disampingnya? Hingga saat dia terbangun dari tidurnya dia tak perlu mencari siapapun untuk menemani karna takutnya. Bisakah setiap dia membutuhkan makanan  tanganmu bisa menyuapnya dengan kelembutan? Membersihkan tubuhnya ketika tangannya masih lemah tak bisa bergerak? 

Dia tak akan sekuat dulu seperti ketika kau masih kecil. Dia perlahan akan habis dimakan usia. Ketika kau sudah mendapatkan kesuksesanmu, maka bersiaplah bahwa tugasnya sudah selesai atas kamu. Bersiaplah mandiri dengan kehidupan yang hanya akan bisa mengenang masa kecilmu dulu. Biarlah dimasa tuanya menikmati apa yang sudah ditanamnya pada dirimu. Tidak ada kehadiran yang abadi, tapi melalui kamu kehadirannya sudah menjadi sejarah besar dengan kasih sayang tak pernah habis walau usianya kelak akan habis.


 nrt.simanjuntak