Rabu, 19 Juni 2013

tidak singgah, tetapi hanya mampir

Dan semua mata tertuju pada satu hal yang dinamakan cinta. Bukan sekedar basa basi untuk menanyakan apa kabar, sedang apa, dan bagaimana harimu saat itu. Tetapi bagaimana ia bisa menerima, berbagi, dan saling mengerti pancaran sinar yang bagaimana yang dipancarkan oleh kedua bola matanya. Lihatlah, dia berjalan menuju kearahmu, bisakah sedikit kau cari tahu apa alasan dia mengejarmu, berjalan kearahmu? Dia bukan hanya ingin mampir dan berteduh (mungkin) tapi dia ingin singgah dan tinggal lebih lama hingga kau sendiri yang akan membuatnya pergi dan mencari persinggahan baru. Langkahnya tak begitu cepat, karna dia tahu bagaimana dia akan masuk dan dengan cara apa dia akan memintamu untuk menjadi tempat persinggahannya. Dia akan memintamu, membawanya tinggal dalam hati yang diajarkan Tuhan untuk mencintai dan mengasihi. Dan membiarkanmu mencintainya untuk mensyukuri ciptaan Tuhan yang indah itu. “bukan aku yang memilihmu untuk tetap tinggal didalam hatiku” perlahan bisikan kata itu akan diucapkannya, kemudian disambungnya dengan nada yang lebih kuat “tetapi ‘cinta’ yang sudah memilihkanmu untuk menjadi pengisi hati yang dianugerahkan Sang kuasa untukku”. Lalu dengan terdiam dia hanya memberi senyum yang hangat untuk sebuah kejujuran yang diberikan wanita yang ada didepannya itu. Mungkin benar, cinta yang mempertemukan. Dan benar juga bukan inginnya memilih lelaki itu menjadi pengisi hati yang dianugerahkan Tuhan untuknya itu. Haruskah lagi diperjelas bahwa semua adalah kuasa Tuhan? Bahkan Dia juga berkuasa untuk menjadikan perpisahan dari pertemuan singkat itu. Bahkan saat mereka belum sempat menjalani hidup untuk saling melengkapi, seperti akhir cerita bahagia dari sebuah pertemuan singkat. Belum. Belum sempat wanita itu merasakan bagaimana indahnya menjadi putri yang berPangerankan orang yang dicintainya itu. Tetapi semua hilang, seakan hanya seepisode cerita dalam skenario panjang kehidupan. Bahkan tidak untuk menjadi nyata. Lalu apakah yang selama ini dilakukan oleh lelaki itu? Hanya singgah? Sebentar? Semua pertanyaan-pertanyaan singkat itu selalu bersarang dalam pikiran wanita yang terus mencari tahu kenapa semua tak seindah end-ing cerita dalam sinetron. Saat dia kira bahwa dia akan terus diajaknya terbang dan mengelilingi indah dunia dari keatasan itu, sesering dia mencari kabar tentang lelaki itu, sesering itu pula wanita itu kecewa, ternyata tidak sebuah anugerah yang dia rasakan selama ini. Ya.. itu hanya buaian indah sesaat, yang berhasil memabawanya terbang hingga kelangit ketujuh, yang kebanyakan bilang tempat bidadari berada. Bahkan saat itu ia hanya membuka mata untuk satu objek yang (terasa) jauh darinya itu. Hebatnya wanita itu bisa melihat objek kecil yang ada diseberang jalan itu, tetapi dia tak mampu melihat apa yang selalu mengikutinya seperti matahari. “aku akan menunggu. Menunggu kabar darinya. Kurasa dia sedang sibuk dengan semua pekerjaan yang bertumpuk dimeja kerjanya”. Begitu terus, dan bahkan hingga ribuan menit berlalu ternyata apa yang bisa dilihatnya dari kejauhan itu tak jua mendekat, atau bahkan sekedar mampir dan hanya untuk menyapa. Dia masih dan tetap menunggu. “apa yang membuatmu masih menunggu? Lihatlah, masih ada yang lain yang menunggumu diluar sana”. Tetapi dengan tegas dia berkata “biarlah aku bahagia, walau hanya membayangkan untuk hidup dan menjadi separuh cerita dari bagian hidupnya, aku bisa menjatuhkan hati padanya, maka aku akan bisa menunggu dia”. Apakah benar cinta harus sepilu itu? Menunggu sedangkan yang kita tunggu tak pernah tahu bahwa dia telah ditunggu. “masih banyak yang lain, kenapa harus dia? Sudah!! Lupakanlah orang itu, dia tidak akan menoleh kebelakang untuk melihatmu yang ada dibelakangnya”. Entahlah. Mungkin wanita itu tak mampu mendengar dengan baik, karena semua perkataan mereka yang menasehatinya tidak dihiraukannya, dia justru berkata “jika Dia yang berkuasa tidak membiarkan aku dan dia menjadi ‘kami’ maka biarlah waktu yang akan membukakan pintu yang sudah lama mengurung namanya itu, karna hatiku tidak memilih, tetapi hatiku dipilih, waktu yang memilihkanmu untuk cintaku, dan aku dipilihkan waktu untuk menerima kasihmu”. Segila itukah dia? Mendalami makna ‘cinta sesaat’ yang tak sengaja datang. Atau mungkin itu hanya sebuah adegan seperti yang ada dalam sebuah skenario. Keyakinannya tak berubah, tetap menunggu hingga memang waktu yang membukakannya untuk orang lain, dan saat itu masih saja setengah hati dan pikirannya mengingat sosok abstrak yang tak sengaja mampir dan telah menjadi objek untuk cerita dalam lembar kehidupan yang dimilikinya, “mungkin dia bukan kegagalanku, tetapi sebuah hal yang tertunda untuk menjadi milikku”...
'takkan kubiarkan tanganku berhenti menuliskan semua tentangmu, tentangmu yang membelenggu, menyatu dengan sinar mataku dan berdomisili jauh didalam sebuah ruang (hati) yang sudah terkunci kuat.." 











nvs.2013.palembang