Kamis, 31 Oktober 2013

meninggalkanmu karna aku memilihNya

Sejak pertemuan kita waktu itu, dengan kata yang selalu kau ucap, aku semakin mengenalmu, semakin sering berbincang denganmu. Sosok ciptaanNya yang mengerti akan arti bersyukur. Hingga kau memikat hati yang sebelumnya terbang bebas tanpa tempat persinggahan yang nyaman, yang saat itu bebas mengitari bumi dibawah teriknya matahari karunia Sang Pencipta. Kehadiranmu mencurahkan keindahan cinta yang dianugerahkan Sang Ilahi dalam tiap nafas dariNya. Memberi alunan musik perjalanan kisah dari sepasang yang saling mencintai dalam rasa syukur dalam tiap doanya. Seperti aku dan kamu saat itu. Aku yang entah terlalu polos atau aku yang terlanjur mencinta tanpa mengingat bahwa harusnya Tuhan-ku lebih dari segala yang kucinta, saat itu. Aku tersanjung dalam keindahan kata yang selalu kau ucapkan, aku terbuai dalam hangat sikap yang selalu kau buktikan, meski dalam egomu untuk memiliki dan memintaku yang semua itu adalah menjadikanku sebagai wanita beruntung mendapatkan pria yang mencintai dengan kadar ego yang cukup. Yang dengan beranimu menjemputku seizin beliau (orangtuaku),  dan dengan bijakmu menjagaku dari kejamnya dunia. Kau berhasil menjadi pemilik hatiku setelah Tuhan-ku, seolah aku membagi cinta denganmu.

Hingga ketika cinta sudah tak seharusnya milik kita lagi, ketika semua sudah tak layak lagi, dan saat aku ingin meluruskan pandangan menjalani hidup tanpa salah faham dari dunia yang disebut sebagai panggung sandiwara. Dan ketika aku menyebut cinta ini hina, karna tak ber-restu dariNya, karna aku tahu, kita belum selayaknya menjalani jalan yang abstrak ini, ini tak jelas bagiNya, aku tak ingin aku dan kamu menjadi sia-sia karna cinta ini. Aku tak ingin dalam sujudku dan sujudmu masih terhalang cinta yang  prematur ini, yang seharusnya belum kita rasakan.

Dan maafkan aku yang telah mencintaimu karna titipan cinta dariNya. Aku membagimu dengan Sang Tuhan yang memiliki kita. aku bahkan tak layak mempermainkan cinta titipanNya ini untuk mencintaimu yang belum tentu pasti bagiku, bahkan saat aku belum menjadi apa-apa dihadapanNya. Biarlah kita bersatu dibawah wadah yang direstuiNya kelak.

Mengertilah pria-ku. Sebelum engkau memintaku, aku telah memintaNya menjadi pemilikku, dan sebelum engkau mencintaiku, hatiku sudah  dimilikiNya, dalam sejuk kasih yang selalu mengalir dalam gundah maupun senang hatiku. Dalam  segala kesederhanaan yang Dia ajarkan aku ingin menjadikan aku luar biasa untuk siapapun pemilikku yang akan Ia kirimkan. Maka maafkan aku yang tak begitu layak mencintaimu. Mengertilah, aku melepasmu karna aku mensyukuri kehadiranmu dalam hidupku. Dan izinkanlah aku menjaga apa yang Sang Kuasa titpkan. Maka aku akan menjaga hati untuk jalanku kelak, yang entah saja itu kamu.

Hingga nanti waktu yang akan menuntun kita pada jalan yang sudah Ia buatkan untuk kita, dengan nafas yang terhela maka begitu lah kelak kita akan saling menjaga, menjaga dengan nafas dan cinta yang hanya milik kita, yang hanya kita dapatkan dariNya. Dia yang berkuasa atas kita sampai kita disatukan dalam jalan yang sudah diaturNya. Dalam sujudku berucap syukur, dan dalam doaku kelak aku akan mencintaimu seperti cinta dari Tuhan-ku.

"inilah kebaikan yang akan kita mulai untuk diri yang lebih mendekatkan pada karunia Tuhan, ketika aku meninggalkanmu itu karna aku lebih memilih Pencipta-ku"



nrt.vlntn.smnjntk
plmbng, 31-10-2013


@norrationoy

Rabu, 30 Oktober 2013

semua beralasan, tapi aku tidak tahu

Tuhan aku lelah, memiliki hati yang terlalu luas untuk mencintai. Aku lelah terlahir sebagai orang yang memiliki hati yang terlalu mudah menjaga apa yang aku rasakan. Tuhan katakan bahwa aku bukan wanita yang terlalu bodoh, sampaikan pada malaikatMu bahwa aku bukan wanita lemah, sadarkan bahwa aku terlalu kuat. Kuat menjaga cinta yang tersangkut pada tiang penopang langit hatiku. Yang Kuasa lihatlah, langit hatiku selalu mendung, sampai saat ini belum ada sinar matahari yang mampu memberikan kecerahan yang merubah segala gelap yang ada.

Tuhan, ganti hatiku. Ganti semua memori yang terlanjur menyimpan semua yang tak menyimpan aku. Hatiku tak sesempurna hati-Mu ya Tuhan, yang mampu memberi kasih pada siapa pun, yang tak mampu merasakan sakit hati. Jika aku tau dijalan ini aku akan bertemu semua yang bersifat sementara, maka aku tidak akan memilih jalan ini. Jalan yang tak jelas arahnya. Semua yang sementara yang kutemui membuat aku susah melepasnya. Melepas keindahan yang Kau titipkan pada satu langit yang bukan langitku. Beri aku alasan mengapa semua harus terjadi pada sosok yang seprtiku, semua seakan mengejekku yang lemah, yang sebenarnya hanya diri sendiri yang mampu menguatkan, sedangkan aku adalah yang lemah. Bagaimana bisa aku menguatkan diri sendiri sementara aku lemah pada diriku.

Semua keindahan itu adalah kamu, kamu yang berwujud yang bernama yang melangkah berputar dan pergi. Semua beralasan mengapa aku yang lemah ini dipertemukan padamu. Tuhan sudah mengaturnya, mengapa aku harus berjalan dijalan ini, mengapa aku merasakan rasa ini, dan mengapa aku harus menahan sakit ini. Entah itu untuk mendewasakan aku atau kamu, yang jelas aku tahu bahwa Sang Pencipta dengan kuasa-Nya telah mengatur segala jalan yang harus kulalui. Termasuk pertemuan kita. Hanya saja aku yang belum mengikhlaskanmu dari semua ruang dalam pikiranku. Belum mampu menahan sakit yang harus kurasakan. Sepanjang hela nafas yang kulepaskan, sejauh angan pandanganku kulayangkan, maka sejauh itu jalan yang harus kutempuh lagi untuk kembali pada kehidupan yang sebelumnya, sebelum aku mengenalmu, sebelum Tuhan mempertemukan kita. Kita yang lalu (pernah) kenal, yang sekarang tiba-tiba lupa. Lupa bagaimana cara menjaga apa yang sudah tertulis dengan sengaja dalam catatan hidup oleh malaikat Sang Tuhan. Yang akan menjadi kisah dalam hidup seorang gadis kecil yang akan dewasa. 

Kita adalah orang terpilih dengan segala kekurangan yang saling melengkapi, dengan segala kelemahan yang saling menguatkan, tetapi itu seharusnya, sementara sekarang yang terjadi bukan begitu, bukan seperti yang seharusnya ada. Karna sekarang semua hanya khayalan, mimpi yang hadirnya saat siang hari yang tak mungkin menjadi nyata. Aku berusaha semampuku mensyukurinya, tetapi aku belum bisa mengikhlaskannya, apalagi dengan tak sengaja waktu telah mempertemukanku dalam wadah yang sama. Aku tak ingin sia-sia mengenalnya, dan ini lah yang kudapat, aku menjadi kuat dengan keadaan yang memaksaku untuk menjadi kuat. Aku belum bisa mengikhlaskan perasaan yang tak sengaja ada, yang terpancing pandangan dan sorot perhatianmu yang luar biasa. Dan kesekian kalinya aku menjadi wanita lemah yang dilemahkan oleh keadaan. Jangan biarkan aku membenci diriku sendiri karna sebuah rasa yang belum mampu aku lepas, yang belum mampu aku ikhlaskan walau aku tau itu sakit.

Seperti rencana hidup yang tersusun rapi, yang dapat dibaca dari garis tangan, seperti itu jalan yang akan kulalui, dengan kuatku menahan sakit, dengan lemahku menopang diri aku berjalan meninggalkanmu yang kembali tak ingat dan melupakanku. Karna bukan aku yang meminta dipertemukan dalam sakit, maka aku akan meninggalkan karna sakitku. Aku menyesali pertemuan yang memisahkan kita.






palembang, 30 oktober 2013


Sabtu, 26 Oktober 2013

” And From the top I will pick up the Flower (Edelweis).”



Aku menulisnya untukmu yang jauh disana, yang terpisah waktu oleh alam yang tak berdampingan untuk kita, aku menulisnya karna cinta, cinta yang tak kalah untuk kisah yang kita ciptakan. Aku menunggumu hadir dalam tiap waktu yang kupunya, tiap janji yang kau ucap. 
Aku menyayangimu dengan kuatku bertahan karna jarak yang begitu egois. Aku menyebutmu cinta pertahananku. Sebab karnamu aku bertahan, dan untukmu aku menahan, menahan rindu yang tak kunjung beranjak dari pangkuanku. Kita bukan sedang menguji cinta kita, tapi kita mencoba memperkuat apa yang kita cinta, yaitu pribadimu dan pribadiku, yang terbentuk untuk menjadi pasangan yang kuat tanpa dikuatkan oleh waktu. Aku ingin merubah pandangan waktu tentang cinta kita yang terpisah oleh lautan.


Kita tidak seperti mereka. Saat wanitanya terjatuh, ada tangan yang selalu menopang untuk bangkit lagi. Saat prianya merasa lelah ada dekapan hangat yang menyemangatkan. Tetapi kita? Kita bertahan hanya karna satu alasan, ‘pribadimu yang sederhana telah menyempurnakan aku yang biasa, sikapmu yang dewasa telah menjagaku dengan cinta. Dan alammu yang kau cinta telah mempertemukanmu dengan aku yang menerimamu apa adanya’. Biarlah jarak yang jauh ini memperkuat tali kasih yang kita sematkan dalam hati kita. Biar lah aku bernafas hanya untuk menjaga cinta yang kamu berikan, dan biarkan rangkaian bunga yang kau kirimkan menjadi alasan untukku tetap tersenyum karnamu.
Dan begitu lah Tuhan merangkai skenario hidup kita agar saling bertemu, bertemu karna jarak, tidak seperti yang lain, yang slalu bertatapan tetapi hatinya tersangkut pada tiang yang bukan pandangannya saat itu. Mata kita memang tak selalu melihat, tetapi cinta kita selalu terikat. Dan kali ini aku ungkapkan dengan bangga, aku mencintaimu dengan kurangku yang kau tutupi, dengan lebihku yang kau berikan. Dan biarkan semua ruang yang kupunya hanya untuk menyimpan kisah yang akan menjadi kisah klasik saat semua akan menjadi kenangan indah masa tua kita kelak. Jangan ajarkan aku bagaimana bertahan, tetapi ajarkan aku bagaimana tetap mencintaimu.

Aku tak melihat langsung keindahan yang tersembunyi dibalik kisah kita, karna hanya mereka yang tahu bagaimana kita menjaga keindahan yang sebenarnya kita punya, seperti edelweis yang kau berikan, sesederhana bentuknya tetapi menyimpan kenangan untuk tetap menjadi abadi. Sesederhana wujudnya tetapi hanya akan sempurna ketika dilihat dari sisi arti yang kau titipkan. Dan dari puncak Merbabu tanganmu mengambilnya,kemudian hatimu mengingatku saat kau berada dipuncak itu. Dengan langkahmu kau membawaku berjalan menuju puncak Merbabu, dengan cintamu kau memetik Edelweis untuk hadirku. Seperti keindahannya yang hanya mampu terlihat dari atas sana, maka tak semua orang yang mampu melihat keindahan kita. Seabadi hadirnya berwujud keindahan maka aku mengharapkan keabadian cinta yang kita rasakan.


Terimaksih Edelweis Merbabu yang sengaja kau petikkan
Terimakasih untuk keindahan yang kau selipkan dalam rangkaian bunga itu, dan keabadian yang akan menjaga kita ketika waktu terus berputar, sejauh jarak yang terbentang, dan sekuat langkahmu menapakan kaki hingga kepuncak merbabu yang kau impikan. Seperti itu kita. Dan aku yang tak selalu mendengar hela nafasmu, tetapi aku bernafas karna cintamu. Kelak dari kejauhan kurangkai rindu seperti edelweis yang kau kirimkan untuk sebuah ketulusan yang kujaga. Aku tak ingin kalah, seprtimu juga yang tak ingin menyerah ketika berusaha membagi keindahan Merbabu denganku, tetapi ini lah cara alam menyatukan kita didalam cinta. Dan dari puncak itu kau mengambil bunga yang hanya kita dapat melihat keindahannya.

 

” And From the top I will pick up the Flower (Edelweis).”








nrt.vlntn
plmbng, 26-10-2013