Jika aku harus tahu maka lebih baik aku tak perlu
tahu. Jika aku tahu akan dipertemukan denganmu maka aku ingin menghindar, agar
aku tidak kecewa. Bukan untuk menyesali pertemuan singkat kita, teteapi agar
aku tak semakin jauh menjatuhkan pandangan padamu. Hingga akhirnya kita saling
mencintai, terikat dalam kasih yang terlanjur kita jaga hingga mampu
mengalahkan ribuan hari yang kita punya. Semua berlalu seperti selayaknya
kekasih yang saling cinta, melangkah, menyayangi, bercerita, dan tanpa sengaja kita
sudah merancang hidup untuk masa depan bersama. Memimpikan bagaimana hidup kita
setelah masa muda kita berlalu, bagaimana kelak kita akan membangun kerajaan
mungil kita, dengan cinta-cinta yang tetap tumbuh tanpa sentuhan pengganggu
dari mereka yang tak setuju dengan jalan kita.
Kau seolah menjagaku dengan segala kemampuan yang
kau punya, dengan segala cinta yang kau jaga hanya untukku. Semuanya begitu
indah, seindah pelangi senja sesaat sesudah hujan reda. “ingatkah sayang? Aku menjaga
hati, mata, dan telingaku hanya untuk cintamu, agar mimpi kita tercapai untuk
menjadikan semua abadi, seabadi kasih yang Tuhan titipkan pada kita.” Ucapanmu ketika
menghantarkan aku menuju gerbang yang akan kujalani bersamamu setelah semua
kita mulai. Itu bukan narasi fiktif yang kudengar, itu ucapanmu, dengan usahamu
meyakinkanku utuk tetap tinggal dan menjadi pendampingmu menjalani segala jalan
yang ingin kau tuju. Seolah kau tak ingin melepasku dari rangkulanmu, kau
menjagaku bagai narapidana yang tak diberi kebebasan. Sementara harusnya kau
tahu, saat awal kau mencintaiku, itu semua dari kehidupanku dan kebebasanku
bergerak kemanapun, saat itu lah aku yang sebenarnya, sebenarnya yang kau cinta
dengan segala kekurangan dan kelebihan sikapmu yang membuat aku juga membalas
perasaan tulus. Aku bukan piaraanmu yang seharusnya kau kurung dalam sangkar,
yang kemanapun langkahku berjalan harus kau ikuti. Aku tak mgninginkan ini,
keadaan yang membuatku kaku, tak bisa lagi merasakan apa yang sebelumya aku
rasakan darimu, dari kasih tulusmu, aku tak mendengar lagi getaran tawa yang
tercipta saat kita sedang bersama, aku tak melihat lagi bagaimana sikap lembut
penuh kasihmu saat menjaga aku.
“harusnya kau
tak begini, aku bukan mainan yang sengaja kau beli karna aku menarik hatimu,
yang harus kau jaga agar tidak rusak dan terbuang, aku bernafas, aku ingin
bergerak dan menjalani hidupku seperti saat aku belum bersamamu.”
“tapi itu karna aku sayang, aku tak ingin kehilangan
kamu, kamu yang membuat aku bisa mensyukuri apa yang Tuhan karuniakan pada
hidupku, aku hanya ingin menjadi selayaknya seorang petani, yang menjaga
tanamannya agar tetap bertumbuh dengan subur, itu cinta kita, maka kita yang
menjaga, mengerti lah bahwa aku tak ingin kau pergi.”
Tetapi bukan yang sperti itu yang aku inginkan
darimu, dewasalah dengan perlakuanmu padaku, ini sudah membuatku lelah, aku
terkekang oleh cinta yang aku jaga selama beberapa lamanya aku bertahan. Aku juga
mencintaimu. Tapi aku tak ingin terkurung dalam duniamu yang membuatku sedikit
bosan dengan semua hal baru yang belum begitu ku mengerti. Tak selayaknya cinta
kita terpaku pada satu keindahan, yaitu keindahanmu saja, beri aku ruang untuk
dapat memadukan keindahan duniaku, terima aku dengan hal yang membuatku kau
suka. Jangan biarkan aku berpaling dari pandangan akan masa depan bersamamu kelak. Saat dia datang dengan
suasana baru yang membuatku sedikit lebih nyaman, dia tak seprtimu, jelas kamu
lebih darinya, tetapi kekurangannya darimu itu lah yang membuatku nyaman
menjalani kebosanan yang tak sengaja kau ciptakan.
“aku tak bisa menjadi
seperti dia yang lebih dulu menjadi penghuni hatimu, penghias ruang dalam
hatimu. Tapi aku ingin sedikit waktumu kau lewati bersamaku yang tak ada
imbangnya dengan dia.”
Dia begitu sederhana dengan kekurangannya. Tetapi akan
menjadi sempurna karena keinginannya membuatku nyaman mejalani apa yang
sebelumnya pernah hilang. Yang sebelumnya tak aku dapat darimu setelah rasamu
yang semakin membuatku terkurung dalam hatimu. Ini kebahagiaan yang aku cari,
tawaku kembali lagi menyatu dalam
dentang tiap detikku, aku sudah begitu nyaman dengan kebohongan ini. Tetapi
terikatnya kasih kita tak bisa membuatku memilih siapa yang akan menjadi
tujuanku, kau sudah menjadi nyata bagiku, sudah mengusahakan kehidupan untuk
kita nanti, sementara kebohongan ini adalah palsu, tak seharusnya aku begini,
menjadikanmu akar, agar aku bisa memperbanyak cabangku, hingga aku mendapat
kesejukan dari mana saja. Aku memilih resiko tetap menjadi kekanganmu, karna
aku tahu landasan mengapa kau begitu, cinta kita sudah teruji dari apa yang
telah kita lewati, jarak dan waktu yang menjadi tantangan demi nama cinta. Aku bodoh
karna melihatmu dari sisi egoisku, aku yang tak begitu mengerti caramu, itu
salahku mengapa aku melihat dari kekuranganku, ajari aku untuk tetap menjadi
diriku dalam duniamu, bawa aku mengejar impian dan menyelesaikan buku tentang
hidup kita yang tak sengaja telah dicatat oleh alam dan waktu dalam
bahasa-bahasa yang sederhana.
Aku mencintaimu dari segala lemahku, dari segala
egoisku yang akan kau imbangi dengan sentuhan lembut kasihmu, kau mengajariku
menatap masa depan dengan cerita indah. Menguatkan langkahku untuk mendaki
hingga kita sampai pada puncak tertinggi dengan gandengan tangan yang erat.
Terimakasih untuk cinta yang selalu mengalir tanpa
henti, terimakasih untuk penjagaanmu yang terlalu berlebihan hingga aku tahu
bagaimana sakitnya kehilangan kasih yang nyata datimu. Pegang tanganku dan
topang langkahku, agar cinta yang menyatu karna waktu tetap terjaga oleh waktu
hingga kelak dia juga yang akan memisahkan kita di alam ini.
plmbng, 24-10-2013
nrt.vlntn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar