Jumat, 22 Agustus 2014

mencintai 'kenangan'

Tak ada alasanku untuk tidak melihat langit setiap harinya, karna langit akan menyatukan pandangan kita yang sebenarnya sedang tak dekat. Langit menyatukan mata kita, gambaran yang terekam oleh mata kita tak akan pernah terhapus, karena setiap cahaya yang tiap harinya kulihat juga kau lihat pada langit yang sama walau sebenarnya kita sedang tak merencanakan untuk terus menyapanya. Ditempat ini tak satupun yang terlewat untuk kutulis menjadi sebuah cerita indah yang sebenarnya tak semua memberikan senyum. Aku menyebutmu ‘kenangan’ karna sekarang aku hanya dapat mengenangmu dengan bahagia yang terhias luka. Sejak ‘kenangan’ itu mulai datang hingga kenangan itu kini pergi, tak satupun kalimatku tak bercerita tentangnya. Mulai dari pesan singkat yang tak berarti menurutnya, hingga ungkapan sederhana yang baru kini dapat kumaknai artinya setelah dia pergi. Dia termasuk dalam singgahan perjalanan panjang hidupku, harusnya jika dia sadar aku disini hanya singgah sebentar dan tak begitu lama, maka dia tak akan berwujud menjadi kenangan secepat ini, secepat saat aku hanya mampu merasakan bahagia bersamanya didalam mimpiku. Yang tak mungkin kupertahankan karna aku juga harus terbangun untuk menyapa langit kita. 

Aku mencintai ‘kenangan’ itu, kenangan yang belum berakhir, karna dia akan beku didalam hatiku. Kenangan itu membuat aku percaya bahwa bahagiaku hanya jika aku membayangkan hidupku bersamanya adalah tidak untuk nyata. Kebahagiaan yang berujung pada ujung jemariku, yang berkisah panjang seolah aku telah merasa memilikinya bukan dalam wujud ‘kenangan’. Mungkin aku dan kenangan itu seperti langit, yang tak selamanya bersinar terang, tapi juga ada gelap. Mungkin juga dia adalah ke-terang-an itu dan aku gelapnya, karna tidak ada terang yang beriringan dengan gelap. Tidak pernah mereka muncul dalam waktu yang bersamaan. Tapi itu pikiranku yang dulu sebelum aku bertemu langit malam yang berhias bintang dan bulan, sejak saat itu aku menghapus kenangan itu menjadi sebuah mimpi, dan cinta yang kubiarkan saja menjerat keseluruh tubuhku. Yang aku tahu, aku bahagia dengan cinta yang abstrak ini karna hanya aku mengetahui dimana letak keindahan pada sebuah hal yang abstrak. 

Dan benar bahwa semua yang sempat menjadi kenangan akan lebih indah jika kumimpikan, karna mimpiku adalah awal dari sebuah hal yang akan menjadi nyata. Walau seandainya mimpi yang akan nyata itu bukanlah dirimu, semoga kelak akan ada mimpi yang nyata menyerupai dirimu. Seperti jauh jalan yang pernah kau seriuskan untuk kita jalani, walau ternyata kita terhambat hal yang belum bisa terjelaskan oleh apapun selain engkau dan waktu, dan aku harus berdiam dalam sabarku yang harus ku sisakan untukmu.

Aku mulai mencintai bayangan yang menyimpan rekaman saat kita pernah berada pada sebuah tempat yang sama, dan duduk dalam kursi yang sama, melihat pandangan yang sama, serta merasakan udara malam yang sama. Walau itu semua indah, tapi aku tak akan memaksamu mengembalikan kenangan itu. Apapun alasannya. Karna aku sendiri masih menyimpan hal itu dengan rapi tanpa ada yang terlewatkan oleh mataku. Serta sorotan matamu yang sudah mulai kuhapal.

Sekarang aku mengerti, bahwa tak ada alasan mengapa aku harus bersedih kehilangan dirimu, karna selama ini ujung jemariku masih dapat menceritakan tiap hal yang pernah kita lewati dengan kalimat yang berbeda, sehingga aku tak pernah bosan mengulang kembali kebahagiaan sekilas yang tertitipkan padaku. Aku mencintai keadaan yang tak mudah ini. Tak mudah diterima oleh logika para penonton dunia. Tapi aku mengerti bagaimana aku harus menjaga titik kenyamananku yang kurasakan saat malam tiba dan aku terkenang pandangan matamu yang mereka juga dapat mengartikan maknanya.

Aku mencintaimu dengan air mata yang tak kuminta pada hatiku, tapi ia tulus menetes melepaskan penat untuk sekedar menahan mengapa aku hanya dapat membayangkanmu walau memang aku bahagia. Dan aku mencintai penantianku, karna aku akan mengerti bagaimana menjagamu kelak dengan baik, dan tak pernah merasa bosan. Aku mencintai gerak gerikmu yang seolah berkata ‘tunggu aku, dan bersabarlah’, dan aku mencintai pandanganmu yang menunjukkan keperdulianmu padaku, ketika sudah lama kau tak bertanya tentang kabarku. Dan ini bukan sekedar mimpi yang tak pernah menjadi nyata karena semua sudah nyata dari ujung jemariku untuk kuperdengarkan dibawah langit yang sama milik kita.

Berjagalah kelak akan kulantunkan nyanyian bahwa aku mencintaimu dari bawah langit ini, dari tempat persinggahan yang akan kutinggalkan dan kulupakan, kecuali jika kau menitipkan hatimu untuk kubawa kemanapun hingga nanti semua mata melihat kita di altarnya sebagai pangeran dan ratu semalam.
 



nrt.valentina.s

Rabu, 20 Agustus 2014

mungkin Tanpa Judul


Ceritakanlah jika semua memang sudah tak muat jika disimpan begitu saja. Maka kini kuungkap semua, keindahan saat pertama aku melihatmu. Hingga perlahan aku belajar menjatuhkan hati padamu. Mempesonaku dengan senyuman, dan mengajakku merajut keindahan entah untuk siapapun itu. Membayangkan bahwa kelak yang akan ada disampingku ketika aku terbangun adalah kau. Dan ketika aku terjatuh dalam langkahku, tanganmu dengan cepat menangkapku. Tapi bukan perkara mudah untuk mengukapkannya, walau aku harusnya yang memulai, walau aku yang tercipta sebagai orang yang mencari tulang rusukku yang hilang. Bukankah kelemahanku harus kutanggalkan untuk mengejarmu yang sebenarnya tak pernah berlari jauh, yang sebenarnya hanya diam dan aku selalu melihatmu ditiap sudut pandangan mataku. Tapi aku lebih lemah dari kelemahan yang sebenarnya terlihat. 

Aku masih ingat sorot mata itu, masih ingat gerak gerik yang terpancar dari pandangan tajam sore itu. Sama seperti hiasan sore ini, yang sederhana tetapi penuh arti, itu menurutku, yang sudah tak sepenuh dulu untuk kau harapkan lagi. Aku semakin melihat tanda bahwa kau akan menjauh, dengan langkah kecilmu, ragamu perlahan menjauh.  Ternyata kau menulisnya bukan dengan pensil, sehingga aku sulit menghapusnya. Aku tak mungkin merobek lembarannya, karna aku tak ingin kau hilang dari buku sejarah yang akan kuciptakan, tapi sayang aku tidak mampu walau sudah banyak waktu yang ku habiskan dalam lamunanku.

Tulang rusukku yang hampir kutemukan kini perlahan pergi, perlahan menjauh karna aku tak begitu kuat menahanmu untuk tetap disini, walau aku tak menjaminkan bahagia untukmu, tapi harusnya aku mampu membuatmu yakin untuk tetap bertahan disini. Bersamaku untuk kembali melanjutkan cerita kita yang hampir tak menarik lagi. Maaf untuk yang sesaat dulu kutinggalkan kau dipersimpangan jalan itu, maaf untuk semua kalimatmu yang terlontar bermaknakan rasa sakit. Tanganku tak lembut untuk dapat menyentuh hatimu yang ternyata sudah terlanjur kusakiti. 

Tapi aku masih hafal sorot mata dan senyummu itu. Yang tersembunyi dibalik wajah yang terpaksa mengalihkan pandanganmu dari aku. Tunggulah sebentar, aku akan memintamu untuk tetap tinggal walau aku belum bisa menjamin akan selalu memberimu bahagia, tapi aku bisa pastikan kita berdua akan bahagia.





Minggu, 03 Agustus 2014

istana mewah yang sederhana

Adakah tujuan lain saat kau pergi untuk lama sekali, selain ‘pulang kerumah?'. Adakah rindu yang bisa kau hilangkan selain rindu ingin berada dirumah? Kau akan mengerti arti rumah setelah kau tak tinggal didalamnya. Bahkan banyak hal yang kau rindukan untuk berada didalam rumah. Masa kecilmu, masa bahagia dan sedihmu. Bahkan ketika semua amarahmu tak terhan olehmu dulu, rumah dengan luas dapat menampungnya, walau sekecil apapun luasnya. Tak peduli berlantaikan apa, tak perduli beatapkan apa, dan dinding terbuat dari apa. Rumah tetaplah tempat ternyamanmu yang belum kau sadari dengan dalam artinya. Pribadimu terbentuk spontan dirumah itu, walaupun mungkin berbentuk gubuk, tapi itu bukanlah gubuk untukmu. Dia istana kecil yang hanya kau mampu memahami arti kemewahannya, yang hanya kau mampu menelaah tiap sudutnya dengan kebahagiaanmu yang tak dapat kau beli dimanapun, bahkan tak bisa kau ganti dengan apapun.

Aku sudah mengenal tiap sudut ruangan disini, yang dulu kusam tak berwarna hingga mulai tampak sedikit berwarna, bahkan sekarang sudah berproses menciptakan keindahan, bukan hanya warna saja tapi bentuk cetakan kebahagiaan. Jika pandanganmu melihat mungkin tak sedikitpun kau mendapatkan keindahan dari bagunan ini, tapi ini aku, istanaku, dan derajat kemewahanku. Aku mensyukuri tiap centimetere-nya yang menyatu membentuk dinding penghangatku, dan atapnya menjadi payungku ketika hujan dengan kuatnyaa menghantam bumi tanahku berpijak. Aku tak dapat memeluknya, tapi dia dengan hangat mendekapku melindungiku dengan sederhananya.

Banyak yang akan kurindukan dari tempat ini, dari kamar istirahatku, dari ruang makan yang menyimpan penuh cerita keluarga kami yang tiap bagian dindingnya mendengar doa kami, dan menyimpan tawa kami dengan rapi, walau kelak dia tak dapat menceritakannya dengan lisan tapi dengan melihat dindingnya saja otak ini akan dengan otomatis mengulang kenanganku bertumbuh, berkembang dan hingga menua kelak, sama seperti Ayah dan Ibu. Dirumah ini pula terisimpan keringat dan sejarah kerja keras mereka, yang berusaha menciptakan gambarnya diatas kertas, hingga menciptakan bangunannya diatas tanah. Kerinduanku tak putus hanya diruang makan saja, karna setelahnya kami selalu mendiskusikan tawa kami diruang tengah tempat TV terdudukan. Disini kami tertawa sepuas kami mau, disini juga kami pernah menangis menyaksikan sakitnya hati yang pernah dititipkan waktu untuk hidup kami.

Bahkan kelak kurasa, sejauh apapun kaki melangkah, dan jika sulit pun kehidupan dirantauan, keringat akan membawa diri ini untuk pulang kerumah ini. Karna ini lah istanaku, yang hanya aku tahu tentang kemewahannya.

YA... Disni semuanya bermulai, dan juga akan berakhir disini juga, tempat kami bertumbuh, berkembang, bahkan hingga menua seperti Ayah dan Ibu.


nrt.v.simanjuntak