Dan semua mata tertuju pada satu hal yang
dinamakan cinta. Bukan sekedar basa basi untuk menanyakan apa kabar, sedang
apa, dan bagaimana harimu saat itu. Tetapi bagaimana ia bisa menerima, berbagi,
dan saling mengerti pancaran sinar yang bagaimana yang dipancarkan oleh kedua
bola matanya. Lihatlah, dia berjalan menuju kearahmu, bisakah sedikit kau cari
tahu apa alasan dia mengejarmu, berjalan kearahmu? Dia bukan hanya ingin mampir
dan berteduh (mungkin) tapi dia ingin singgah dan tinggal lebih lama hingga kau
sendiri yang akan membuatnya pergi dan mencari persinggahan baru. Langkahnya tak
begitu cepat, karna dia tahu bagaimana dia akan masuk dan dengan cara apa dia
akan memintamu untuk menjadi tempat persinggahannya. Dia akan memintamu,
membawanya tinggal dalam hati yang diajarkan Tuhan untuk mencintai dan
mengasihi. Dan membiarkanmu mencintainya untuk mensyukuri ciptaan Tuhan yang
indah itu. “bukan aku yang memilihmu untuk tetap tinggal didalam hatiku”
perlahan bisikan kata itu akan diucapkannya, kemudian disambungnya dengan nada
yang lebih kuat “tetapi ‘cinta’ yang sudah memilihkanmu untuk menjadi pengisi
hati yang dianugerahkan Sang kuasa untukku”. Lalu dengan terdiam dia hanya
memberi senyum yang hangat untuk sebuah kejujuran yang diberikan wanita yang
ada didepannya itu. Mungkin benar, cinta yang mempertemukan. Dan benar juga
bukan inginnya memilih lelaki itu menjadi pengisi hati yang dianugerahkan Tuhan
untuknya itu. Haruskah lagi diperjelas bahwa semua adalah kuasa Tuhan? Bahkan Dia
juga berkuasa untuk menjadikan perpisahan dari pertemuan singkat itu. Bahkan saat
mereka belum sempat menjalani hidup untuk saling melengkapi, seperti akhir
cerita bahagia dari sebuah pertemuan singkat. Belum. Belum sempat wanita itu
merasakan bagaimana indahnya menjadi putri yang berPangerankan orang yang
dicintainya itu. Tetapi semua hilang, seakan hanya seepisode cerita dalam
skenario panjang kehidupan. Bahkan tidak untuk menjadi nyata. Lalu apakah yang
selama ini dilakukan oleh lelaki itu? Hanya singgah? Sebentar? Semua pertanyaan-pertanyaan
singkat itu selalu bersarang dalam pikiran wanita yang terus mencari tahu
kenapa semua tak seindah end-ing cerita
dalam sinetron. Saat dia kira bahwa dia akan terus diajaknya terbang dan
mengelilingi indah dunia dari keatasan itu, sesering dia mencari kabar tentang
lelaki itu, sesering itu pula wanita itu kecewa, ternyata tidak sebuah anugerah
yang dia rasakan selama ini. Ya.. itu hanya buaian indah sesaat, yang berhasil
memabawanya terbang hingga kelangit ketujuh, yang kebanyakan bilang tempat
bidadari berada. Bahkan saat itu ia hanya membuka mata untuk satu objek yang
(terasa) jauh darinya itu. Hebatnya wanita itu bisa melihat objek kecil yang
ada diseberang jalan itu, tetapi dia tak mampu melihat apa yang selalu
mengikutinya seperti matahari. “aku akan menunggu. Menunggu kabar darinya. Kurasa
dia sedang sibuk dengan semua pekerjaan yang bertumpuk dimeja kerjanya”. Begitu
terus, dan bahkan hingga ribuan menit berlalu ternyata apa yang bisa dilihatnya
dari kejauhan itu tak jua mendekat, atau bahkan sekedar mampir dan hanya untuk
menyapa. Dia masih dan tetap menunggu. “apa yang membuatmu masih menunggu? Lihatlah,
masih ada yang lain yang menunggumu diluar sana”. Tetapi dengan tegas dia
berkata “biarlah aku bahagia, walau hanya membayangkan untuk hidup dan menjadi
separuh cerita dari bagian hidupnya, aku bisa menjatuhkan hati padanya, maka
aku akan bisa menunggu dia”. Apakah benar cinta harus sepilu itu? Menunggu sedangkan
yang kita tunggu tak pernah tahu bahwa dia telah ditunggu. “masih banyak yang
lain, kenapa harus dia? Sudah!! Lupakanlah orang itu, dia tidak akan menoleh
kebelakang untuk melihatmu yang ada dibelakangnya”. Entahlah. Mungkin wanita
itu tak mampu mendengar dengan baik, karena semua perkataan mereka yang
menasehatinya tidak dihiraukannya, dia justru berkata “jika Dia yang berkuasa
tidak membiarkan aku dan dia menjadi ‘kami’ maka biarlah waktu yang akan
membukakan pintu yang sudah lama mengurung namanya itu, karna hatiku tidak
memilih, tetapi hatiku dipilih, waktu yang memilihkanmu untuk cintaku, dan aku
dipilihkan waktu untuk menerima kasihmu”. Segila itukah dia? Mendalami makna ‘cinta
sesaat’ yang tak sengaja datang. Atau mungkin itu hanya sebuah adegan seperti
yang ada dalam sebuah skenario. Keyakinannya tak berubah, tetap menunggu hingga
memang waktu yang membukakannya untuk orang lain, dan saat itu masih saja
setengah hati dan pikirannya mengingat sosok abstrak yang tak sengaja mampir
dan telah menjadi objek untuk cerita dalam lembar kehidupan yang dimilikinya, “mungkin
dia bukan kegagalanku, tetapi sebuah hal yang tertunda untuk menjadi milikku”...
'takkan kubiarkan tanganku berhenti menuliskan semua tentangmu, tentangmu yang membelenggu, menyatu dengan sinar mataku dan berdomisili jauh didalam sebuah ruang (hati) yang sudah terkunci kuat.."
nvs.2013.palembang
Dia bukan hanya ingin mampir dan berteduh (mungkin) tapi dia ingin singgah dan tinggal lebih lama hingga kau sendiri yang akan membuatnya pergi dan mencari persinggahan baru. Langkahnya tak begitu cepat, karna dia tahu bagaimana dia akan masuk dan dengan cara apa dia akan memintamu untuk menjadi tempat persinggahannya. :')
BalasHapushahaha :D itu nggak copas loh kata-katanya :D hahah
BalasHapusaku gak bilang kamu copas kog :) cuman mau kasih kata-kata ini ke kamu ,, hehehee :D resapii hahaha
BalasHapus