Tak cukup banyak kata yang mampu menggambarkan bagaimana
kasih sayang mereka. Kasih sayang yang tak pernah putus sekalipun amarahnya
membakar waktu. Tak pernah putus sekalipun sayatan kata yang selalu terlontar
dari ucapan. Gertakan terkadang membuat hati mereka luka, sakit. Seolah mereka
disakiti orng lain yang tak mereka kenal. Bahkan terkadang ini lebih sakit
karena darahnya yang sudah berwujud manusia sendiri yang ternyata menyakiti
hatinya dan meruntuhkan perasaannya. Sikapnya memang keras, tapi terkadang kita
tak sadar betapa lembutnya hati seorang ibu. Mendidik bukan hanya mengajar. Menjaga
bukan hanya tanggungjawab. Dan membesarkan bukan hanya perintah.
Dari aku yang hanya segumpal darah, hingga aku sempurna
dengan mata, hati, dan perasaan, bahkan lengkap dengan ucapan yang pernah tak
sengaja menyakitinya. Dari aku yang hanya bisa duduk dilantai hingga aku bisa
berlari sejauh mungkin sampai pernah meninggalkannya. Kasih sayangnya tak pernah
putus walau tak tiap detiknya aku temani dengan senyum dan kebahagiaan.
Ingat tidak, tangannya begitu kuat menggendong ketika kau
sakit?
Ingat tidak, tubuhnya hangat memelukmu ketika kau terbaring
dan tak berdaya ditempat tidurmu?
Ingat tidak, dia berlari kencang saat tangismu terpecah hanya
karna kecoa yang mengganggumu?
Ingat tidak, betapa cemasnya dia ketika kau sekali saja
terbatuk?
Ingat tidak, dia melewatkan mimpi indahnya hanya untuk terjaga
saat kau dijerat oleh sakitmu?
Itu semua kau temukan hingga sampai kau beranjak dewasa, tak
putus kasih sayang, tak habis kesabaran, dan tak sudah perjuangan untuk
membesarkanmu, membimbingmu mendapatkan apa yang kau impikan.
Tapi kadang amarahmu tepecah hanya karna tak ada makanan
dimeja makan ketika kau pulang kemalaman. Amarahmu terpecah hanya karna dia tak
secepat dulu berlari ketika kau butuhkan. Amarahmu terpecah hanya saja karna
apa yang kau inginkan tak tepat waktu ia penuhi. Kekuatanmu hanya menuntut apa
yang kau butuhkan, tidakkah kau ingat bahwa dia tak sekuat dulu? Bahwa dia tak
sesigap dulu? Dia sudah hampir tua dimakan waktu, usianya sudah tak semuda
dulu.
Bahkan tangannya tak sekuat dulu lagi untuk menggendongmu. Kakinya
tak sekencang dulu untuk berlari menghampirimu. Tubuhnya pun akan lemah, dan
tak sekuat dulu untuk dapat mendekap hangat tubuhmu. Lihat wajahnya akan
keriput, kulitnya habis dimakan matahari hanya untuk menghidupimu. Bahkan tangan
pria itu, pria yang menemaninya hingga kau terlahir didunia ini pun akan tak
sanggup juga untuk menopangnya. Dia Ayah, yang temani ibu habiskan lembaran
putih buku harian mereka, yang menceritakan begitu bahagianya mereka memilikimu,
merawatmu dengan mengajarkan kekuatan Iman. Hingga tercapai sukses itu olehmu,
sukses yang dulu ketika kau kecil sering kau ceritakan pada mereka.
Buatmu yang kini tak lagi seperti dulu selalu ada didekat
mereka, buatmu yang pernah tak sengaja membentak mereka. Ucapanmu terkadang tak
sengaja menyakiti hati perempuan yang tegas namun berhati lembut itu. Lihatlah kelak
ia akan terbaring dengan sakitnya sendiri, terbaring lemah dengan jerat
penyakit yang bersarang ditubuh yang dulu pernah mendekap hangat tubuhmu,
melemahkan tangan yang dulu kuat, menimpa kaki yang dulu ringan mengejarmu.
Bisakah kau membalas kehangatan yang selalu dia limpahkan? Bisakah
setiap ia terbaring lemah kau selalu ada disampingnya? Hingga saat dia
terbangun dari tidurnya dia tak perlu mencari siapapun untuk menemani karna
takutnya. Bisakah setiap dia membutuhkan makanan tanganmu bisa menyuapnya dengan kelembutan? Membersihkan
tubuhnya ketika tangannya masih lemah tak bisa bergerak?
Dia tak akan sekuat dulu seperti ketika kau masih kecil. Dia
perlahan akan habis dimakan usia. Ketika kau sudah mendapatkan kesuksesanmu,
maka bersiaplah bahwa tugasnya sudah selesai atas kamu. Bersiaplah mandiri
dengan kehidupan yang hanya akan bisa mengenang masa kecilmu dulu. Biarlah dimasa
tuanya menikmati apa yang sudah ditanamnya pada dirimu. Tidak ada kehadiran
yang abadi, tapi melalui kamu kehadirannya sudah menjadi sejarah besar dengan
kasih sayang tak pernah habis walau usianya kelak akan habis.
nrt.simanjuntak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar