seperti saat remaja
saat itu Ayah belum enggan memelukku, ia menjagaku
dengan pelukan eratnya
aku memendam rindu, rindu waktu itu semua
saat aku tak perlu memikirkan hal yang dapat merusak kesenanganku
Ayah... kini aku beranjak dewasa, tak lagi selalu dekat denganmu
lepas kepergianku dengan doa restumu
sudah kujalani hidup dinegeri orang, sudah kudapati kecewa dari tingkah alam
sudah pula kurasa sakit dari menahan rindu teruntuk Ayah dan Ibu..
Ibu... serasa lemah tubuh ini menahan rindu akan pelukmu
hingga pada akhirnya aku kalah, kalah oleh jarak dan waktu yang memisahkan raga
aku yang tak mampu bertahan untuk menahan rindu
hingga pada akhirnya, kusadari diri tak sebelia dulu
tak seremaja dulu...
Ayah, sekuat itu kau menahan rindumu padaku (?)
namun jangan, jangan kau tanya sesakit apa aku menahan kerinduan yang sama ini
agar jangan khawatirmu untukku, untukku yang menahan sakit karna jarak yang membentuk rindu terdalam, demi sebuah kebanggaan untukmu
terkenang saat dulu, kau peluk manja aku
kau cium sayang pipiku
saat kau slalu mengajakku bermain dalam hangat gendonganmu
mengapa aku beranjak dewasa (?)
mengapa aku tak lagi sebelia dulu (?)
semua kukira hanya akan menjadi sakit jika ternyata aku tak bisa menangis manja padamu
hingga kau biarkan aku menjadi gadis dewasa
hingga bahkan ku tahu, tetes air matamu tertahan saat kau lepas aku pergi..
bahkan saat kau peluk aku.. kurasa hangat air matamu berbisik
bahwa kau belum seutuhnya mampu menerima keadaan ini
biar dari jauh doamu menyertaiku
biar dari jauh restumu mengiringiku
ternyata nyata, bahwa aku tak sebelia dulu (lagi)...
nvs