Salam untuk pemuja yang kuat
dalam diam. Dapatkah kalian sampaikan salam selamat datang untukku yang baru
saja belajar menjadi pemuja dalam aksara? Aku harusnya menjadi pujangga dalam
diam, dengan sejuta kisah sedih untuk mengabadikannya melalui kata. Menjeratnya
dengan romantis melalui kalimat. Tapi sayangnya aku gagal, dia justru lebih
tajam menusuk hatiku dengan kalimat cinta yang selalu dirangkainya. Menusuk hatiku
tapi tidak sakit, bahkan aku suka itu.
Dapatkah aku bergabung bersama
para pemuja yang tidak pandai bersuara? Bahkan seandainya gadis yang ku puja
itu mengadakan pemungutan suara, mungkin saja suaraku yang terkecil. Sebab semua
kekuatanku telah habis untuk mejaga hati ini supaya tak membukakan pintu untuk
gadis lain. Adakah sang pujangga yang belajar di gedung sekolah untuk
menciptakan sajak indah? Bisa kah aku bersekolah disana? Supaya aku dapat paham
bagaimana bisa gadis yang kulihat ayu itu dapat kuat dalam kalimatnya, dan
supaya aku mampu menciptakan aksara sekuat kisah-kisah yang dibuatnya. Dia
begitu mencekam dengan ceritanya, membaur dengan pesan yang terselip dibalik
setiap kata yang dijadikan kalimat. Aku bahkan dengan ikhlasnya terbawa alur
dalam setiap kisah yang dikisahkan dengan bahasa yang sederhana namun begitu
kuat. Terjebak disetiap ruang diotakku, menjadikan aku sebagai pemuja aksara
yang mendadak ingin berenang didalam lautan kalimat-kalimat itu.
Dapatkah aku memahami bagian mana
yang menjadi favorit dari setiap tulisannya? Aku menjatuhkannya dengan tanpa
sadar. Ya, perasaanku itu. Sudah jatuh berulang ulang kali. Sudah ku isi
berulang-ulang kali hingga tumpah meluap. Tapi tetap saja luapannya tak sampai
pada hati gadis yang tak bisa kutebak itu. Aku bahkan tak bisa juga menebak
perasaanku, bahkan tak ingat kapan pertama kali aku mendengar hati ini berdetak
begitu kencang ketika sedetik saja aku mengingatnya. Dan kini aku bermain
dengan teka-teki yang pada akhirnya dapat kulihat dari setiap kalimat yang
meluncur dari jemarinya. Dan tugasku adalah memainkannya, mempekerjakan otakku
untuk menemukan jawabannya. Berharap aku adalah salah satu inspirasi dari satu
saja aksara cinta yang diciptakannya.
Keadaan ini sungguh terlihat
seperti anak burung yang baru saja bisa terbang. Dia memulai pelajaran
mengepakkan sayapnya dibawah hujan yang deras, menyeimbangkan antara kemampuan
yang dimiliki dengan tekanan yang didapatkan. Namun tetap saja, dia merasa
bangga dapat mengepakkan sayap barunya itu, menikmati tekanannya, dan merasakan
kedamaian yang hujan titipkan. Begitulah aku, yang terjebak diantara gadis
penuh aksara dan aksara penuh cinta. Keduanya membuatku memerankan pemuja dalam
diam yang ingin menjadi pujangga yang berimbang.
Namun kurasa aku gagal, gagal
menyambangi hatinya sebagai pujangga. Karena aku belajar dari kata per kata
yang dituliskannya, bahwa “Tidak ada cinta yang sempurna seperti aksara
berbalas aksara. Karena jika keduanya mengisahkan kisah maka siapa yang akan
jadi pembaca? Karena jika keduanya menceritakan kisah maka siapa yang akan
menjadi pembawa cerita?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar