Ceritanya masih cerita yang sama.
Cintanya masih cinta yang sama. Bahkan bahasa yang kupakai masih sama. Hanya
tahunnnya yang akan berganti, padahal aku belum mau mengahabiskan tahun ini.
Karna aku takut akan tidak lagi melihatmu seprti saat ini, dengan cinta yang
berada dalam diam. Dalam segala kata yang kurangkai seolah menceritakan bahwa
aku dan kamu selalu bersama, nyatanya tidak. Entah bagaimana aku akan menyambut
pergantian ini sementara hatiku belum bisa menyambut apapun yang akan kau
tinggalkan ditahun ini. Semuanya. Semua yang menggantung, tapi tak terlihat
hanya mampu dirasakan. Aku tidak pernah akan melupakanmu, hanya saja aku
berusaha untuk membiasakan diri tanpamu (lagi). Dan nyatanya itu lebih sulit
dari melupakanmu.
“dan entah mengapa aku belum rela
untuk melupaka, walau dia mungkin sudah lupa. Bahkan semua kenyataan yang dia
rasakan dulu berbeda dengan kenyataan kini meski aku terlambat aku
mengetahuinya. Bahkan saat semua disekitarku telah membukakan pintu untuk yang
lain, justru aku masih tetap menutupnya sejak dia pergi, hingga kini dia tak
ingin mencoba masuk lagi.”
Siang ini, dalam perjalanan
sepulang gereja, tak semua yang menjadikan aku kuat terlihat kuat. Bahkan aku
lemah, aku gadis muda yang menghabiskan sedikit waktuku untuk bermain dengan
kesedihan yang berdiam dalam angan sebuah mimpi yang tak berwujud. Aku pulang
dengan harapan dari Advent II ini aku mendapat pembaruan hati, hingga kelak
akhirnya Tuhan memngirimkan kado natal terindah.
“aku mengetahui kesedihanmu nak,
aku bisa melihatnya dari matamu dengan semua yang pernah kau rasakan. Biarkan cintamu
tetap sperti itu, dan biarkan hingga waktu yang akan menghapusnya agar kau rela
melepas semuanya.”
Beliau begitu mengejutkanku yang
sedang melamun dalam abstrak yang kupikirkan. Aku tak mengenalnya, tapi yang
aku tahu dia juga baru pulang dari gereja yang sama yang kudatangi. Aku masih
diam dan bingung dengan perkataan yang tiba-tiba dia ucapkan yang memang itu
benar. Tetapi dia masih menyambung
perkataannya, seolah dia benar-benar pembaca pikiran yang handal, dia berkata “aku
selalu melihatmu datang kegerja dengan doa yang sama yang selalu kau
ucapkan, matamu tak bisa berbohong nak, kau memang tidak meneteskan air mata
pada pipimu, tapi hatimu basah selalu menangis, bahkan itu lebih sakit dari
sekedar mengeluarkan air mata pada pipimu.” Aku masih bingung. Tetapi ibu itu
benar-benar tahu, tanpa aku mengungkapakan sekalimatpun dia sudah bisa tau.
Kemudian aku berkata “ Aku
terlanjur mencintainya bu, karna dia terlanjur bisa menghapus sakit yang kukira
tak akan bisa sembuh. Dia mampu membawaku kembali kepencerahan tentang Kuasa
Tuhan setelah aku hampir disesatkan oleh kuasa setan, bahkan dia membantuku
untuk bersikap biasa ketika semua menjadi beban pikiranku saat aku jatuh
kelubang yang salah, dia begitu sederhana mengajarkanku tentang kasih dan
kemuliaan. Ketika aku gelap, dan aku hampir menjadi satu dengan kuasa setan. Itu
yang hingga kini tak bisa aku lupa. Itu yang membuatnya melekat walau tanpa
perekat apapun. Sementara kini semua tak lagi seperti dulu. Aku selalu
mengingatnya, bahkan mungkin aku tak rela jika tahun berganti, karna aku takut
jika semua akan semakin menjauh.”
“harusnya kamu bersyukur nak,
tahun akan berganti, Natal akan datang. Kamu harus tahu, tak ada waktu yang
lebih pasti selain masa Natal untuk menyaksikan berbagai macam keajaiban. Ketika
semua mimpi dan permohonan seolah terwujud. Maka biarlah keajaiban Natal yang
akan mewujudkan mimpimu yang sebenarnya bukanlah mimpi, tetapi keinginan. Dan birakanlah
semua menjadi kado Natal bagimu, walau semua yang akan terjadi tak seperti
keinginanmu.”
Baru saja aku ingin membalas
perkataan itu, tetapi beliau sudah sampai pada tujuannya. Aku seperti bertemu
malaikat. Aku tidak pernah tau, kelak Tuhan
akan memberikan kado Natal apa tahun ini. Aku tidak mengerti mengapa Tuhan
mempertemukanku denganmnya ditahun ini. Saat aku yang sebelumnya tidak pernah
tau bahwa ada dia disini, hingga semuanya mulai didekatkan, hingga ternyata dia
diam dengan segala apa yang dipendam, dan hingga membuat aku yang sebelumnya
tidak tahu menjadikanmu fokus dalam pandanganku, dan hingga akhirnya kau
menjauh. Aku sempat merasa hampir tertidur diawan, tetapi mungkin hanya aku
yang terlalu merasakannya indah, bahkan tidak kamu sedikitpun.
Tapi aku tidak menyesalinya karna
sejak awal aku tidak pernah menghindari kehadiranmu untuk masuk dalam hidupku,
walau hanya sesaat itu terjadi.
“Dari delapan bulan lalu aku
melihat sosokmu, hingga sekarang memasuki akhir tahun dan pergantian tahun, aku
memulai fokusku di kamu, dengan segala ketidaktahuan, hingga aku benar-benar
tahu. Hingga segala mimpi malam hanya bercerita tentangmu saja, aku masih
dengan fokus yang sama. Bahkan aku ingin merayakan Natal dengan fokusku, walau hanya
dapat kupendam”
Tapi aku tidak menyesalinya karna
sejak awal aku tidak pernah menghindari kehadiranmu untuk masuk dalam hidupku,
walau hanya sesaat itu terjadi.
plbg, 08 desember 2013