Romansa kehidupan yang terbayang tidak seindah yang
kurasakan, tepat setelah pertemuan pertama yang tidak kita rencanakan aku
membawa pulang senyumanmu yang begitu manis dan lembut sidik jemarimu yang
mengajakku berdansa ditengah gelombang musik yang kala itu kurasa manis sekali.
Tidak lama aku butuh waktu untuk menjatuhkan hati pada satu titik yang ku
fokuskan, yaitu matamu. Setelah sorotan mata yang mampu kutangkap aku
membawanya pada mimpi indahku malam itu, penuh dengan bayangan yang membuatku
sudah amat bahagia. Terimakasih untuk pertemuan pertama yang mengesankan.
Karena ada saja waktu yang menempatkan bahwa matahari lebih
berkuasa –meskipun pada waktunya saja- mungkin matahari yang kelam adalah pada
saat itu, matahari yang mengantarkan surat perpisahan dengan kata yang mudah
dimengerti namun terasa sakit. Kau pergi meninggalkan kota, tempat aku jatuh
cinta padamu. Tempat kaki ku beriring membentuk pola yang indah bersama kakimu
saat kita berdansa manja. Baru saja aku menanam benihnya, malah kau pilih untuk
meninggalkan aku tanpa tau akan kapan kembali untuk sekedar berdansa kembali. Namun
pada masanya tak semudah itu, hidup hanya untuk menangisi kepergian yang
sia-sia olehmu. Ku mulai lagi dengan musik dansa yang lain, meski hati tak
tersangkut oleh karena satupun gelombangnya. Ada banyak gelombang musik yang
manis untuk ku dengar, tapi getarnya tak sekuat saat aku berdansa denganmu. Itulah
alasan aku masih berharap meski aku berdansa dengan yang lain.
Seperti yang Tuhan katakan ‘mintalah, maka akan diberikan,
ketuklah dan pintu akan dibukakan’ begitulah aku percaya tiap apa yang aku
minta didalam doa, berharap Dia kembali mempertemukan aku denganmu untuk
gelombang musik yang manis seperti waktu itu. Dan benar. Kita bertemu dengan
keadaan yang sudah berbeda. Kau dengan kebesaranmu yang dibutuhkan siapapun,
sementara aku dengan keluargaku yang membutuhkan apapun. Hingga kurasa aku dan
keluargaku membutuhkanmu juga. Dengan yakin aku menjalani keinginanku, memahami
bagaimana aku harus bisa mewujudkannya dengan indah. Tetap saja, setelah aku
jauh melangkah hingga nafasku terengah, akan ada batu hingga badai yang
menghalangi. Apa yang bisa aku lakukan selain menahan mulutku berkata ‘iya’
ketika kau meminta dengan manis hatiku sementara aku sudah diterjang badai. Kenyataan
yang pahit adalah aku melepaskan apa yang aku cintai.
Aku melewatkan badai yang menerjangku saat aku benar-benar
menginginkanmu menjadi palung hatiku. dan ternyata benar, seperti yang mereka
katakan ‘saat aku dan kau bersama yang terlihat bukan hanya keindahan, tetapi
juga cinta dan kasih sayang sehingga kemanapun jauhnya kita pergi cinta akan
membawa kita pulang’. Kau pulang setelah ku biarkan pergi, meski sudah lama aku
menantikan kali kedua untuk pertanyaan yang sama yang dulu pernah ku buang
sia-sia.
Dengan sorotan mata yang masih sama, yang sudah lama pula
kurindukan hingga aku pernah berpikir bahwa musim yang kualami yang tak pernah
berganti adalah rindu. Kau mengatakannya lagi.
'Dengan separuh penderitaan, dengan separuh harapan, dan
separuh jiwa tersiksa oleh kerinduan aku tidak akan pernah berhenti hingga kau
mengucapkannya. Bahwa aku ingin separuh penderitaanku kau bahagiakan, separuh
harapanku kau wujudkan, dan separuh jiwa yang disiksa kerinduan terobati, hanya
oleh kamu.'
Dan siapa yang menolaknya untuk kedua kali, mereka tidak
dapat melihat cinta dari sorotan mata yang masih sama, dari yang tidak
memperjuangkan apapun hingga melangkah bersama untuk sebuah perjuangan. Dari sisi
ini kutemukan bahwa masih ada keindahan dari sia-sianya menunggu lama yang kupikirkan.
apa mungkin separuh penderitaan itu bisa menjadi kebahagiaan walaupun hanya sebentar saja?
BalasHapusjadi kebahagiaan atau tidak tergantung hati, sejauh mana sudah mengasihi, dan sejauh mana sudah sabar. tiap penderitaan pasti jadi bahagia kok, meski bukan dari tempat yang sama
Hapuskenyataan yang pahit itu bukan ketika kita melepaskan yang kita cintai tetapi ketika orang yang kita perjuangankan melepaskan genggaman tangan kita.
BalasHapusyang dicintai bukannya orang yang diperjuangkan? makanya jangan genggam terlalu kuat, beras aja digenggam kuat bakalan lepas.
BalasHapus