Langit yang kadang gelap tanpa bintang ataupun bulan. Meski tak
terus berdampingan dalam perputarannya, tapi tetap bahwa ada sinar yang saling
menerangi. Begitu anggun menyapa, bukan dengan kebisingan tapi meski sayu sinar
yang terpancar setidaknya mereka tak pernah melewatkan hari tanpa saling
menyapa, dan meski hanya bertemu saat malam. Pertemuan mereka begitu indah.
Bulan tak meminta langit untuk terus menghadirkan bintang
dalam setiap pancaran sinarnya, bulan tak memaksakan keindahannya harus
dilengkapi warna lain dari sinar bintang. Tapi ia mengerti ketika bintang hadir
tanpa diminta, ketika itu keindahan yang sejujurnya langit hadirkan. Sebagai kisah
tanpa pamrih, bulan mencintai bintang melalui langit. Begitu tulus, meski
warnanya tak selalu putih seperti mawar yang berdiam disudut meja itu. Didalam
gelapnya hanya rasa yang mampu meraba bahwa ada huruf ketulusan yang berwarna
putih, seperti seorang tunanetra yang membaca melalui jemari, seperti itu
mereka yang merasa didalam kegelapan meski bukan hitam.
Bulan tak selamanya utuh dengan lingkar yang sempurna, tapi
bintang tetap dan selalu seperti itu. itulah dia, yang selalu begitu indah
bersinar meski buan terkadang murung dalam gelap yang tetap terlihat. Dan
itulah alasan terhebat mengapa bulan yang terkadang tak bulat sempurna itu
mencintai bintang yang tetap pada bentuk dan sinarnya untuk hadir setiap
kesempatan yang tak pernah diduga olehnya. Jika bulan bisa berucap kata,
mungkin sudah lama ia mengungkapkannya.
Mengungkapkan alasan ketika pertama kali menjatuhkan tetesan
cinta yang tak terlihat itu. ‘mencintaimu karena bagaimanapun aku, kamu tetap
bersinar seperti biasanya, kamu tetap berbentuk seperti biasanya, yang masih
bisa terus memancarkan cahaya, yang masih bisa terus memperindah cahaya yang
aku miliki. Walau terkadang bulatku tak sempurna, walau terkadang aku membentuk
seram seperti sabit, walau terkadang aku setengah untuk terlihat. Tapi bintang
tetap seperti bintang, besinar terus dan tak setengah-setengah untuk membalas bulan yang terkadang bahkan tak terlihat’.
Namun merasakan dengan meraba bagai tunanetra yang membaca
huruf braile itu lebih indah dari pada membaca huruf yang jelas dengan mata. Dan
aku bisa melihat keindahan gelap saat mata terpejam dan saraf ujung jemariku
bekerja menyatukan titik demi titik pada tulisan brehurufkan braile yang merangkaikan arti dari sinar yang terus bersinar tanpa pernah redup itu. Aku akan dapat menyimpannya didalam sarafku. Dan
bulan yang masih mencintai bintang akan terus bersinar. Sedangkan bintang yang
tak selalu hadir akan terus merasakan pancaran sinar darinya, yang tak selalu
bulat dan utuh sempurna.
LuckyClub: Casino site review, news, reviews
BalasHapusLucky Club is a good site for Australian players. Lucky Club was established back in 2004 luckyclub and is available on desktop, mobile and tablets. The website was