Kamis, 07 Mei 2015

Pertemuan keduanya indah, meski dalam gelap.

Langit yang kadang gelap tanpa bintang ataupun bulan. Meski tak terus berdampingan dalam perputarannya, tapi tetap bahwa ada sinar yang saling menerangi. Begitu anggun menyapa, bukan dengan kebisingan tapi meski sayu sinar yang terpancar setidaknya mereka tak pernah melewatkan hari tanpa saling menyapa, dan meski hanya bertemu saat malam. Pertemuan mereka begitu indah.

Bulan tak meminta langit untuk terus menghadirkan bintang dalam setiap pancaran sinarnya, bulan tak memaksakan keindahannya harus dilengkapi warna lain dari sinar bintang. Tapi ia mengerti ketika bintang hadir tanpa diminta, ketika itu keindahan yang sejujurnya langit hadirkan. Sebagai kisah tanpa pamrih, bulan mencintai bintang melalui langit. Begitu tulus, meski warnanya tak selalu putih seperti mawar yang berdiam disudut meja itu. Didalam gelapnya hanya rasa yang mampu meraba bahwa ada huruf ketulusan yang berwarna putih, seperti seorang tunanetra yang membaca melalui jemari, seperti itu mereka yang merasa didalam kegelapan meski bukan hitam.

Bulan tak selamanya utuh dengan lingkar yang sempurna, tapi bintang tetap dan selalu seperti itu. itulah dia, yang selalu begitu indah bersinar meski buan terkadang murung dalam gelap yang tetap terlihat. Dan itulah alasan terhebat mengapa bulan yang terkadang tak bulat sempurna itu mencintai bintang yang tetap pada bentuk dan sinarnya untuk hadir setiap kesempatan yang tak pernah diduga olehnya. Jika bulan bisa berucap kata, mungkin sudah lama ia mengungkapkannya.

Mengungkapkan alasan ketika pertama kali menjatuhkan tetesan cinta yang tak terlihat itu. ‘mencintaimu karena bagaimanapun aku, kamu tetap bersinar seperti biasanya, kamu tetap berbentuk seperti biasanya, yang masih bisa terus memancarkan cahaya, yang masih bisa terus memperindah cahaya yang aku miliki. Walau terkadang bulatku tak sempurna, walau terkadang aku membentuk seram seperti sabit, walau terkadang aku setengah untuk terlihat. Tapi bintang tetap seperti bintang, besinar terus dan tak setengah-setengah untuk membalas bulan yang terkadang bahkan tak terlihat’.


Namun merasakan dengan meraba bagai tunanetra yang membaca huruf braile itu lebih indah dari pada membaca huruf yang jelas dengan mata. Dan aku bisa melihat keindahan gelap saat mata terpejam dan saraf ujung jemariku bekerja menyatukan titik demi titik pada tulisan brehurufkan braile yang merangkaikan arti dari sinar yang terus bersinar tanpa pernah redup itu.  Aku akan dapat menyimpannya didalam sarafku. Dan bulan yang masih mencintai bintang akan terus bersinar. Sedangkan bintang yang tak selalu hadir akan terus merasakan pancaran sinar darinya, yang tak selalu bulat dan utuh sempurna. 

1 komentar:

  1. LuckyClub: Casino site review, news, reviews
    Lucky Club is a good site for Australian players. Lucky Club was established back in 2004 luckyclub and is available on desktop, mobile and tablets. The website was

    BalasHapus