Aku menemukanmu diantara semak
belukar yang sering aku lalui. Diantara ruang yang selalu aku singgahi. Bukan
hanya sekali aku melihatmu ditempat itu, sudah berkali-kali dan jariku tak
cukup untuk menghitung pertemuan yang dulu tak berarti itu. Percakapan kita
dulu pun jika digabungkan nada demi nada juga sudah bisa menciptakan musik yang
menarik. Tapi semua itu dulu, sebelum aku mengerti apa arti ilalang yang kau
beri, dan setangkai mawar merah yang kini sudah mengering. Seandainya aku
menghargai setiap pertemuan dalam pertemanan kita dulu. Mungkin aku akan
merekamnya erat meski bukan dengan kamera yang canggih. Seperti daun yang
hampir kering, aku pernah melayang terbawa angin, tersesat padahal bukan
ditempat yang belum aku datangi. Seperti kosong yang melayang diudara. Aku menikmati
kekeringan dan kekosongan itu. aku melihat diriku yang jatuh dengan indah
diantara cemooh dari ribuan suara.
Aku mengulang untuk berjalan
dijalan yang sering aku lalui. Aku menikmati perjalanan itu, dan kemudian
melihatmu seperti bunga yang indah diantara semak belukar. Seperti melihat
warnamu bersinar terang dengan indah. Aku menikmati warna dan keindahan itu.
Warna baru untuk kanvas kehidupan yang akan aku warnai. Dan keindahan baru
untuk mata yang akan menangkapmu menjadi sebuah kisah. Meski aku tak boleh
memetikmu dari sang pemilik yang tak aku ketahui. Tapi syukurku adalah bisa
menikmati keindahan bumi bersama warna yang akan terpancar jernih. Karena cukup
menjadi dadu yang akan dipermainkan waktu. Dan seperti terlihat tapi tak sadar.
Aku ingin sekarang memanggilmu dengan sesukaku, merangkulmu dengan semauku,
memarahimu dengan semua luapan emosiku, dan menceritakanmu meski bukan pada
orang lain, tapi menyuarakanmu kedalam satu bab untuk buku kenanganku kelak, yang ketika aku
rindu aku akan membuka dan membaca betapa kau sudah menggoreskan keindahan pada
kanvas ini.
Hampir pagiku kunikmati dengan
semangkuk rindu sebagai sarapan penghantar kegiatanku. Tapi sekarang seolah
dimeja makanku adalah kamu yang menunggu diujung sana meski tak terlihat. Hampir
aku menutup kisah untuk perjalanan yang melelahkan ini. Tapi aku menemukanmu
sebagai pemetik kekonyolan yang aku ketahui. Karena sederhana yang kau maksud
adalah aku dan kamu berjalan saling menggenggam sebagai pemberi bahagia untuk
masing-masing jiwa dari mulai hanya sekedar ilalang hingga indah menjadi mawar.
Dan dari kisah ini, jemariku
dikuatkan untuk menceritakan dengan lebih indah. Meski suara yang aku punya tak
pernah sekuat jemari. Tapi aku sudah menyimpan saksi untuk apa yang aku katakan.
Bukan dengan sembarang aku memilih waktu untuk dapat dihabiskan bersama. Tapi aku
membagi sebagian waktuku untuk kuhabiskan bersama orang yang mencariku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar