Tak ada alasanku untuk tidak melihat langit setiap harinya,
karna langit akan menyatukan pandangan kita yang sebenarnya sedang tak dekat. Langit
menyatukan mata kita, gambaran yang terekam oleh mata kita tak akan pernah terhapus,
karena setiap cahaya yang tiap harinya kulihat juga kau lihat pada langit yang
sama walau sebenarnya kita sedang tak merencanakan untuk terus menyapanya. Ditempat
ini tak satupun yang terlewat untuk kutulis menjadi sebuah cerita indah yang
sebenarnya tak semua memberikan senyum. Aku menyebutmu ‘kenangan’ karna
sekarang aku hanya dapat mengenangmu dengan bahagia yang terhias luka. Sejak ‘kenangan’
itu mulai datang hingga kenangan itu kini pergi, tak satupun kalimatku tak
bercerita tentangnya. Mulai dari pesan singkat yang tak berarti menurutnya,
hingga ungkapan sederhana yang baru kini dapat kumaknai artinya setelah dia
pergi. Dia termasuk dalam singgahan perjalanan panjang hidupku, harusnya jika
dia sadar aku disini hanya singgah sebentar dan tak begitu lama, maka dia tak
akan berwujud menjadi kenangan secepat ini, secepat saat aku hanya mampu
merasakan bahagia bersamanya didalam mimpiku. Yang tak mungkin kupertahankan
karna aku juga harus terbangun untuk menyapa langit kita.
Aku mencintai ‘kenangan’ itu, kenangan yang belum berakhir,
karna dia akan beku didalam hatiku. Kenangan itu membuat aku percaya bahwa
bahagiaku hanya jika aku membayangkan hidupku bersamanya adalah tidak untuk
nyata. Kebahagiaan yang berujung pada ujung jemariku, yang berkisah panjang
seolah aku telah merasa memilikinya bukan dalam wujud ‘kenangan’. Mungkin aku
dan kenangan itu seperti langit, yang tak selamanya bersinar terang, tapi juga
ada gelap. Mungkin juga dia adalah ke-terang-an itu dan aku gelapnya, karna
tidak ada terang yang beriringan dengan gelap. Tidak pernah mereka muncul dalam
waktu yang bersamaan. Tapi itu pikiranku yang dulu sebelum aku bertemu langit
malam yang berhias bintang dan bulan, sejak saat itu aku menghapus kenangan itu
menjadi sebuah mimpi, dan cinta yang kubiarkan saja menjerat keseluruh tubuhku.
Yang aku tahu, aku bahagia dengan cinta yang abstrak ini karna hanya aku
mengetahui dimana letak keindahan pada sebuah hal yang abstrak.
Dan benar bahwa semua yang sempat menjadi kenangan akan
lebih indah jika kumimpikan, karna mimpiku adalah awal dari sebuah hal yang
akan menjadi nyata. Walau seandainya mimpi yang akan nyata itu bukanlah dirimu,
semoga kelak akan ada mimpi yang nyata menyerupai dirimu. Seperti jauh jalan
yang pernah kau seriuskan untuk kita jalani, walau ternyata kita terhambat hal
yang belum bisa terjelaskan oleh apapun selain engkau dan waktu, dan aku harus
berdiam dalam sabarku yang harus ku sisakan untukmu.
Aku mulai mencintai
bayangan yang menyimpan rekaman saat kita pernah berada pada sebuah tempat yang
sama, dan duduk dalam kursi yang sama, melihat pandangan yang sama, serta
merasakan udara malam yang sama. Walau itu semua indah, tapi aku tak akan
memaksamu mengembalikan kenangan itu. Apapun alasannya. Karna aku sendiri masih
menyimpan hal itu dengan rapi tanpa ada yang terlewatkan oleh mataku. Serta sorotan
matamu yang sudah mulai kuhapal.
Sekarang aku mengerti, bahwa tak ada alasan mengapa aku
harus bersedih kehilangan dirimu, karna selama ini ujung jemariku masih dapat
menceritakan tiap hal yang pernah kita lewati dengan kalimat yang berbeda,
sehingga aku tak pernah bosan mengulang kembali kebahagiaan sekilas yang
tertitipkan padaku. Aku mencintai keadaan yang tak mudah ini. Tak mudah
diterima oleh logika para penonton dunia. Tapi aku mengerti bagaimana aku harus
menjaga titik kenyamananku yang kurasakan saat malam tiba dan aku terkenang pandangan
matamu yang mereka juga dapat mengartikan maknanya.
Aku mencintaimu dengan air
mata yang tak kuminta pada hatiku, tapi ia tulus menetes melepaskan penat untuk
sekedar menahan mengapa aku hanya dapat membayangkanmu walau memang aku
bahagia. Dan aku mencintai penantianku, karna aku akan mengerti bagaimana
menjagamu kelak dengan baik, dan tak pernah merasa bosan. Aku mencintai gerak
gerikmu yang seolah berkata ‘tunggu aku, dan bersabarlah’, dan aku mencintai
pandanganmu yang menunjukkan keperdulianmu padaku, ketika sudah lama kau tak
bertanya tentang kabarku. Dan ini bukan sekedar mimpi yang tak pernah menjadi
nyata karena semua sudah nyata dari ujung jemariku untuk kuperdengarkan dibawah
langit yang sama milik kita.
Berjagalah kelak akan kulantunkan nyanyian bahwa aku
mencintaimu dari bawah langit ini, dari tempat persinggahan yang akan
kutinggalkan dan kulupakan, kecuali jika kau menitipkan hatimu untuk kubawa
kemanapun hingga nanti semua mata melihat kita di altarnya sebagai pangeran dan
ratu semalam.
nrt.valentina.s