Selasa, 17 Februari 2015

Karena aku, tak selamanya 'kita'

Aku rindu untuk bersenandung denganmu. Dan aku akan ‘mati’ jika tak mendapat hangatmu. Dalam tiap detik yang akan berlalu aku selalu berharap untuk ditambahkan lembaran kosong untuk kita, agar masih banyak cerita yang harus kita ciptakan. Bukan untuk sekedar tertawa, tetapi juga untuk marah kemudian memaafkan, untuk membentak kemudian memeluk. Kuharap aku tak pernah menyia-nyiakan waktu yang pernah kita miliki bersama. Bahkan untuk memimpikan kalianpun aku tak pernah merasa rugi karena tidurku terganggu. 

Dan celah jemariku hanya untuk menggenggammu. Dan setiap huruf yang aku punya adalah tersusun untukmu. Apakah ada pengulangan masa muda yang pernah habis dimakan umur yang semakin menua. Bahkan gedung itu pun bisu ketika aku bertanya mengapa begitu cepat akan berlalu. Untuk sepasang pundak yang tegak menatap aku dihadirkan diantara kalian. Untuk sebuah kebohongan yang malaikatku sampaikan aku diantarkan untuk kalian. Kebohongan dari segala lelah mereka, kebohongan dari segala senyum mereka yang mengatakan ‘kami baik-baik saja’. Sengaja warna dibalik hidup kita berbeda, dari segala busana yang kita kenakan, inilah aku yang akan merindukan bahwa aku pernah tertawa bersama kalian, bahwa aku pernah ditertawai oleh kalian, dan bahwa aku pernah menertawakan yang lain bersama kalian. 

Untuk senja yang akan menghampiri
Aku menuliskannya bukan diatas pasir pantai yang jika ombak datang maka tulisan itu akan hilang. Aku menulisnya jauh didalam, menggoreskannya kuat dengan darah. Dan meneriakkannya dengan lantang, agar tak hanya yang melihat yang mengetahui. Tapi juga yang berlalu lalang juga mendengarnya. Kali ini hadirnya bukan seperti pelangi sehabis hujan, yang memang indah, tetapi hanya sebentar. Bahkan pula bukan seperti senja, yang setiap hari datang tapi hanya sesekali. Ikatan ini tak berperumpamaan, karena begitu dia terjalin tanpa sengaja.

Dan untuk bulan yang akan memberi cahaya
Aku tidak menceritakannya seperti dongeng sebelum tidur. Tapi akan berkisah untuk masa tuaku kelak, bahwa sekarang aku pernah bahagia tanpa sebab kecuali karena mereka. Begitulah harusnya, yang semoga tak hanya separuh saja ada kehangatan dibawah bulan yang datangnya berselimut langit gelap.

Bahkan matahari yang akan menyambut, bukan hanya aku dengan raut wajah yang kelak entah kapan, tapi pasti akan menua. Menua habis termakan waktu yang tidak kusesali habisnya, karena aku habiskan bersama kalian.

Sebelum sebongkah rindu yang akan membesar, aku harus sudah memiliki banyak cerita supaya aku tak pernah menyesal mengenalmu hanya menghasilkan satu kenagan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar