Ada yang tersesat jauh di kolong
langit ini, meskipun jika ia duduk menunggu belum tentu akan ada yang menjemputnya
kemudian menghantarkannya pulang. Tahu kah kau, sejauh apapun ia tersesat dan
sepenuh apapun ruang hatinya diisi oleh dogeng indah, tapi ada satu laci yang
kecil namun padat terisi olehmu. Setebal apapun buku itu terisi, semua itu
hanya dongeng yang tak nyata.
Jauh sudah waktu yang ia
habiskan, dan akhirnya dia menemukan jalan pulangnya sendiri. Pulang dengan
harapan, meskipun mematikan. Pulang dengan melihat kekalahannya yang kau tolak.
Pulang dengan mulut yang masih bungkam
tanpa kesempatan untuk mengungkap. Pulang dengan rahasia yang akan terus
menjadi rahasia...
Sejauh ini, semakin jauh dari
harapan bahwa kau masih sama dengan yang dulu, yang berjuang sendiri menemukan
pesan dibalik semua ketertutupannya menerimamu..
Ada sakit yang ia rasa, saat
kutemui seluruh jiwanya diserang oleh ketidakberdayaan akan engkau. Dengan
separuh lagi jiwa miliknya yang belum tercabik oleh pesan-pesan yang membunuh
itu, dia berusaha menemukan jalan ini.
Jalan untuk pulang...
Berbicara
cinta secara terus terang seperti jarak. Jarak bukan kilometer yang harus
dilalui untuk sebuah kecupan hangat dikening. Tapi tentang seberapa kalipun kau
sudah mengelilingi bumi yang bulat ini, kau tahu bahwa semua terbentuk dari
hatinya. Dia-lah inti dari bumimu yang bulat. Itulah jarak, yang melepaskan
kalian. Baginya itu indah, ketika dia mempersilahkanmu sejauh kau mau
mengelilingi bumi ini namun kau tak lupa bahwa dirinya adalah inti dari segala
tujuanmu. Serumit apapun jalan yang membuatmu tersesat kau akan kembali kesana,
untuk memperkuat inti dari bumi-mu itu. Seperti kau yang mempersilahkannya
melangkah jauh lebih berani, tapi dia tau cemasmu tak habis tentangnya yang
pernah terjatuh, tersesat, entahpun terpeleset kedalam jurang. Asal kau tahu
saja, dia suka caramu yang elegan, diammu yang penuh rahasia dan doamu yang
diam namun kuat. Dia menyukai cara Tuhan mempertemukan kalian.
Itulah cinta
yang terbayang pada otaknya, entah karena terlanjur seluruhnya terisi oleh
khayalan tentang bahagia bersamamu, atau itulah standar untuk impian hidup lebih
baik.
Apapun
itu, duka yang dimilikinya semoga berhadiah suka yang dia harap itu kau,
meskipun dalam bentuk yang lain, dalam posisi yang lain juga tapi ketetapannya
memilihmu adalah beralaskan iman kepada Tuhan-nya.
Seperti
fajar yang menemui senja, bumi bergerak perlahan namun akan tetap sampai pada
waktu yang membuatnya indah, kau pernah
jauh dan pernah dekat. Namun pada akhirnya nanti kalian akan melekat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar