Tanpa nama untuk sebuah garis yang tak sengaja terhubungkan.
Ada kenyamanan untuk waktu yang kuingat lagi. karena merpati yang bertemu saat
mereka terbang kearah yang sama adalah bahagia jika bukan hanya sekedar
menyapa, tapi untuk terus berdampingan terbang, walau bukan menjadi sepasang,
tetapi menjadi keinginan. Merpati itu akan sengaja terbang melewati tempat yang
tak sengaja mempertemukannya dengan sebuah ‘keinginan’ yang dimaksudkannya. Ada
rasa yang berbeda jika melewati garis itu, garis yang tak sengaja dipertemukan.
Memangnya dia bisa melawan arah angin? Mengindar dari zona nyaman yang memang
nalurinya inginkan.
Seperti senyaman saat malam itu ada hangat yang melekat
diantara jemariku. Ada aroma nyaman yang tak tercium tapi sangat kurasakan. Kuat,
tapi bukan aroma kebanyakan yang penciumanku dapat menebaknya. Saat itu aku
begitu bodoh mengartikan apa semua itu. apa yang bisa aku lakukan ketika aku
harus nyaman didalamnya. Hanya untuk satu malam saja kecupan dikeningku, hanya
satu untuk terakhir. tapi haruskah berakhir tanpa sempat kita mulai? Aku bukan
penjawab yang bijak jika logikaku tak bermain. Aku hanya pendengar yang bodoh
untuk apa yang aku rasakan. Karena banyak pertanyaan yang mengambang diotakku,
bukankah yang sudah saling menggenggam harusnya terus memeluk? Bukankah yang
sudah memimpikan harusnya berusaha mewujudkan? Dan bukankah yang sudah
mengucapkan i love you harusnya
membangunkan jika matahari sudah mulai bersinar? Tapi aku hanya akan menjadi
bodoh jika terus mempertanyakan kebersamaan yang diminta untuk kuikat. Karena jelas
tak ada tali yang bisa mengikatnya.
Sesempat mungkin aku akan tetap menjadi pembawa kabar untuk
pemilik yang abstrak itu. sejujurya kacamatakupun tak menyanggupi untuk menatap
matamu. Karena aku tak tahu benar atau tidaknya kenyamanan yang aku rasakan. Tapi
yang jelas terus ada rindu yang tak terucapkan karena sekarang aku tersingkir
oleh senyum lain yang dia ciptakan dari bahagia yang lain. Tapi entahlah, masih
ada keinginan sederhana untuk sekedar kembali dalam hujan yang mengembalikan
hangat itu. ada secuil harapan bahwa meskipun kita berjalan bebas tak terikat,
kita masih bisa kembali untuk mencari kenyamanan masing-masing dari kita
masing-masing.
Karena yang dulunya jauh tak akan mengartikan apapun selama
langit kita masih sama, kini sudah akan berubah ketika kita sudah dekat, langit
kita pun sama, hanya saja dasar kita yang berbeda. Meskipun begitu ada
ketidakmungkinan yang harus disyukuri, jika semua ini berbalik dari sisi
nyatanya mungkin aku tak pernah akan mengenalmu, dan tak pernah ada kenyaman
ini. sekarang biarkan saja mata yang dibalik kacamataku melihatnya. Sekarang pastikan
saja waktu yang ada bukan habis kita lalui untuk mencari jawaban dari kalimat ‘bisakah
untuk selamanya?’ waktu kita untuk bersama adalah sekarang, karena kita
dipertemukan sekarang, maka kembalikan lagi kehangatan diantara jemariku itu,
kita jalani yang sekarang dengan sebaik mungkin, lalu sebahagia mungkin. Setidaknya
jika saatnya nanti kita memang tidak untuk bersama, tapi aku sudah
mempercayakan waktuku untuk habis bersamamu, sampai sejarah menuliskan bahwa
kita pernah saling sangat membahagiakan.