Minggu, 15 Maret 2015

"..Tapi aku ingin seperti hujan.."



Kini aku mulai bersenandung lagi seirama dengan bunyi hujan dan yang ketukannya sama dengan ketukan detak nadi.  Untuk hujan yang bernyanyi, aku punya syair cinta yang mungkin berbelit. Bukan sengaja membuat semua seakan seperti teka-teki. Tapi karena aku ingin perlahan siapapun dia, mengerti bagaimana syairku mengungkap cinta. Kali ini aku menyukai awan yang gelap, yang tidak hitam itu. Aku menyukainya untuk mengabadikanmu dalam kelincahan jemari yang menari diatas keyboard laptop-ku yang memuja setiap kata untuk menggambarkan siapa hujan dan siapa kamu.
 
Hujan adalah kelembutan yang mengartikan ketulusan. Dinginnya lembut menyentuh kulitku, dan dengan waktu yang bersamaan aku menggenggam hangat yang didatangkannya. Hujan bukan tangisan dari langit yang gelap. Meski gelapnya adalah lelah, tapi hujan bukanlah duka untuk aku yang mencintaimu. Mencintaimu dengan ketulusan, seperti hujan yang tidak diminta tetapi datang. Seperti hujan yang meskipun menangis namun tetap bernyanyi. Bahkan untuk lagu yang tidak dia inginkan. Begitulah langit mencintai melalui butiran tetes air hujan. 

Mengapa langkahmu terhenti karena hujan? Sedangkan hujan tak pernah menghentikan pelangi untuk menghampirimu setelahnya. Mengapa kau dustakan seolah hujan kejam untuk langkahmu? Seolah senyummu terhambat oleh hujanmu? Dan untuk hatimu, apakah selalu hanya pelangi yang kau nantikan tanpa pernah menghargai hujan yang ternyata adalah pembawa pelangi itu? Biar saja kalian mencintai seperti pelangi. Yang hadir saat hujan sudah reda.

Tapi aku ingin seperti hujan. Hujan yang turun untuk ketulusannya pada bumi. Hujan yang tak hanya menghadirkan tetesan air murni dari langit. Tapi juga menghadirkan kamu untuk sebuah genggaman hangat, tidak hanya untuk tanganku, tapi juga hati yang menjaga cinta. Dan kepercayaan bahwa semua hujan menghantarkan pelangi. Aku ingin, meski tak sampai reda hujan yang aku turunkan, aku sudah melihat pelangi dalam perjalanan ini. Meski aku tak sampai diujung, aku sudah menjadi alasan mengapa pelangi harus ada untukmu.

Dan suatu saat ketika kita berdiri ditengah keheningan dibawah rintik hujan, ada tanda bahwa otak kita menyimpan keinginan sama yang sangat lembut yaitu untuk sekedar bahagia dalam waktu yang mungkin bagian kita, kemudian lantunan irama rintiknya yang berisi syair yang kita berdua ciptakan, terdengar lantang untuk sebuah kebanggaan, yang meski diam diantara banyak suara yang lepas namun tawa kita adalah kita berdua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar