Kini aku mulai bersenandung lagi
seirama dengan bunyi hujan dan yang ketukannya sama dengan ketukan detak nadi. Untuk hujan yang bernyanyi, aku punya syair
cinta yang mungkin berbelit. Bukan sengaja membuat semua seakan seperti
teka-teki. Tapi karena aku ingin perlahan siapapun dia, mengerti bagaimana
syairku mengungkap cinta. Kali ini aku menyukai awan yang gelap, yang tidak
hitam itu. Aku menyukainya untuk mengabadikanmu dalam kelincahan jemari yang
menari diatas keyboard laptop-ku yang
memuja setiap kata untuk menggambarkan siapa hujan dan siapa kamu.
Hujan adalah kelembutan yang
mengartikan ketulusan. Dinginnya lembut menyentuh kulitku, dan dengan waktu
yang bersamaan aku menggenggam hangat yang didatangkannya. Hujan bukan tangisan
dari langit yang gelap. Meski gelapnya adalah lelah, tapi hujan bukanlah duka
untuk aku yang mencintaimu. Mencintaimu dengan ketulusan, seperti hujan yang
tidak diminta tetapi datang. Seperti hujan yang meskipun menangis namun tetap
bernyanyi. Bahkan untuk lagu yang tidak dia inginkan. Begitulah langit mencintai
melalui butiran tetes air hujan.
Mengapa langkahmu terhenti karena
hujan? Sedangkan hujan tak pernah menghentikan pelangi untuk menghampirimu
setelahnya. Mengapa kau dustakan seolah hujan kejam untuk langkahmu? Seolah
senyummu terhambat oleh hujanmu? Dan untuk hatimu, apakah selalu hanya pelangi
yang kau nantikan tanpa pernah menghargai hujan yang ternyata adalah pembawa
pelangi itu? Biar saja kalian mencintai seperti pelangi. Yang hadir saat hujan
sudah reda.
Tapi aku ingin seperti hujan. Hujan
yang turun untuk ketulusannya pada bumi. Hujan yang tak hanya menghadirkan
tetesan air murni dari langit. Tapi juga menghadirkan kamu untuk sebuah
genggaman hangat, tidak hanya untuk tanganku, tapi juga hati yang menjaga
cinta. Dan kepercayaan bahwa semua hujan menghantarkan pelangi. Aku ingin,
meski tak sampai reda hujan yang aku turunkan, aku sudah melihat pelangi dalam
perjalanan ini. Meski aku tak sampai diujung, aku sudah menjadi alasan mengapa
pelangi harus ada untukmu.
Dan suatu saat ketika kita
berdiri ditengah keheningan dibawah rintik hujan, ada tanda bahwa otak kita
menyimpan keinginan sama yang sangat lembut yaitu untuk sekedar bahagia dalam
waktu yang mungkin bagian kita, kemudian lantunan irama rintiknya yang berisi
syair yang kita berdua ciptakan, terdengar lantang untuk sebuah kebanggaan,
yang meski diam diantara banyak suara yang lepas namun tawa kita adalah kita
berdua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar