Sabtu, 20 Juli 2013

senyumku sepuluh bulan lalu

sepuluh bulan lalu, saat awal semuanya terajut hampir memulai cerita yang akan menceritakan kau dan aku akan menjadi kita dalam bayanganku. sepuluh bulan lalu setelah kuingat semua tentangmu, setelah aku mengenalmu hingga aku sulit menghapuskan memori tentangmu, tentang apa yang pernah terjadi dalam canda tawa kita dulu. sayang itu hanya dulu. sebelum sesuatu datang hingga mampu memutarkan haluanmu beranjak dari arah menuju aku, aku yang pernah hampir menjadi tujuanmu berjalan melangkah dengan semua harapan yang mungkin saat itu akan mampu aku wujudkan bersamamu. 
aku masih duduk disini, ditempat waktu kau memberikan isyarat bahwa kau hendak berjalan menuju kearah itu. sepuluh bulan semua telah berlalu, bahkan selama itupun aku belum mampu menemukan penghapus baru, belum mampu menuliskan hal baru bahkan sampai mereka (temanku) mungkin bosan mendengar cerita tentangmu, sementara aku, aku lah orang yang tak pernah bosan menceritakan tentangmu, walau hanya pada lembaran kertas yang kupunya yang tak bersuara memberikan komentar apapun.
Aku miliki ribuan bahkan mungkin hingga jutaan kata yang dapat kurangkai yang tersimpan dimemoriku yang jika aku mau dapat kugunakan untuk menceritakan semua tentangmu, walau jelas kenyataan itu terpampang bahwa tak satupun dari semua yang kutulis dapat kau baca. aku miliki rasa yang utuh yang kujaga erat untuk mencintaimu lebih dari sekedar indah seperti layaknya cerita kehidupan dalam sebuah judul FTV, tapi kau tak pernah merasa bahkan tak pernah melihatnya.
Aku tidak lelah. Aku belum lelah. Dan mungkin aku tak ingin lelah. Jika seandainya aku telah lelah mungkin aku tak disini lagi dengan semua cerita-cerita yang kutuliskan hanya tentangmu. Memang menurut mereka aku terlalu bodoh, harus menunggu sekian lama dengan harapan yang tak pasti dan tak jelas wujudnya. tapi itu semua karna aku terlalu pintar menjaga rasa yang dengan tak sengaja telah tumbuh liar dihatiku, rasa yang tak pernah sedikitpun kau beri harapan untuk kau sambut.
Apa cinta harus disalahkan jika pada akhirnya aku menjadi korban dalam penantian ini? Apa cinta dapat bertanggungjawab, jika akhirnya aku mati dalam harapan sia-sia ini? Ini hanyalah sebagian dari naskah kehidupan yang harus dijalani. SAKIT. Tapi tidak untuk aku yang menjalaninya dengan perasaan yang akupun tak tau berapa luasnya.
Jamnya memang berputar dan anginnyapun terus berganti, tapi entah mengapa rasaku tak pernah berganti. Sepuluh bulan lalu, awal perkenalan kita. Awal semua penantian ini terjadi. Aku ignin tersadar bahwa kau hanya mendekati dan mungkin tak miliki tujuan untuk menuju kearahku.
Setiap hari yang kupunya sedikit waktunya kusisihkan untuk mencaritahu tentangmu, mencari kabrmu. Mereka bilang ini penderitaan dalam sebuah mimpi yang tak tau kapan akan terbangun. Yang tak tau kapan akan berakhir hingga mereka memprediksikan bahwa aku akan mati dalam penantian tolol ini. Akupun ingin menyalahkan prediksi mereka, tetapi hentah mengapa bahwa keyakinanku membawaku percaya bahwa suatu saat nanti dia akan tau bahwa ternyata ada aku disini, maka dia akan kembali. Dia akan melihat aku disini, diam, dan duduk sambil ternsenyum menantinya datang dari kejauhan.
Aku bisa saja tak menginginkan semua ini, tapi aku juga tak mampu pungkiri apa yang tersirat, yaitu keinginan untuk menanti. Karna ini cukup. Karna membayangkan hidup bersamanya saja sudah cukup membuatku senang, karna membayangkan hidup bersamanya dalam bahagia aku dan dia saja sudah cukup mampu membuat letihku hilang dalam penantian tak terarah ini..
 
nv.simanjuntak
_Palembang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar