Sabtu, 12 April 2014

dalam tekanan waktu dan perasaan

karna semua kasih hanya bertumpu pada kuasaMu. yang menciptakan segala wujud yang ber-hati. begitupun aku. tidak dengan sia-sia menunggu dengan penuh harap. bukan jalan hampa jalan yang kujalani dengan berserah pada Tuhan melalui alam-Nya. darahku pun tak begitu merah dibanding merah kuasa alam yang mampu mempertemukan walau tak bersatu, yang mampu menyatukan tetapi tak bertemu, atau bahkan memisahkan yang bertahun-tahun bersama. sayangnya hanya wanita yang seutuhnya mampu berserah pada Tuhannya melalui alam. bukan dengan logika mereka dapat bertahan. tetapi perasaan yang melampaui batas waktu yang belum bisa memberikan jawaban dari segala harapan.

beruntungnya aku menjadi wanita, yang mereka anggap lemah padahal sebaliknya. karna tak satupun pria yang mampu merasakan indahnya berharap pada waktu bukan dengan sia-sia. bertahan karna perasaan, bukan logika yang merajai, yang menjadikan budak dalam kesombongan harga diri. aku tak bisa seperti mereka, karena 'ke-anggun-anku menjadi seorang wanita terlihat ketika seberapa sabarnya aku menunggu, bukan dari seberapa besar usaha-ku mengejar' menunggu yang pantas ditunggu. karna aku hanya ingin mendampingi orang yang kuat, seperti seberapa kuat aku diam dalam penantianku. 

carilah mata-mata lain yang juga memandangmu, jika itu bukan aku. jalanilah jalan yang memberikan penghaparan sinar diujungnya. tak ada yang bisa kupaksakan untuk dapat mengajakmu berdansa dipanggung kehidupan yang sudah Tuhan sediakan. fokusku sudah tertuju pada satu nama yang mungkin tidak melihatku. sama seperti aku yang juga tidak melihatmu. logikamu mungkin menghinaku, menghina caraku mencintai dalam sakitnya waktu yang mencabik harapanku. yang bisu dan tak memberikan satu artian dari kebisuannya selama ini. 

tapi kenyamananku hanyalah ketika aku menikmati tiap detik keadaan ini. melatihku menjadi pribadi yang sabar, agar ketika kelak dihadapkan dengan duka lebih dalam aku sudah terbentuk menjadi wanita yang penuh kasih dan keikhlasan. dan ketika aku berjalan tak perlu lagi tameng hati karna aku sudah begitu kuat dalam diamku, dalam sakitku. Ini bagian dari kenyamanan hidup yang aku punya, menikmati tiap mimpi indah yang belum tentu menjadi nyata. bahkan sekalipun aku tak ingin menutup mataku, karna sekalipun aku memimpikan keindahan, semua itu hanya menjadi harapan tanpa kepastian.


...tanganku hanya bercerita dalam tekanan waktu dan perasaan, tapi hatiku merasakan cinta bukan dari paksaan. 
aku menunggumu yang sempat menungguku. mungkin ini bagianku untuk menuggu setelah kamu pernah menunggu aku, dulu. jangan biarkan aku kecewa ketika mengetahui kenyataan ini ternyata berbeda dengan cerita perasaanmu akan aku dulu... 
tetapi tenanglah jika kau yang memintanya, maka perlahan aku akan menghancurkan perasaan yang sudah menjadi gunung batu dalam hatiku, walau itu lebih sakit dari sekedar menunggumu yang juga bercengkrama dengan banyak senyum lain...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar