Jumat, 13 Juni 2014

Bahkan kebosananku adalah keindahan itu

Aku meluapkannya dalam kosa kata, bahkan melebihi apa yang selalu aku gambarkan melalui kata-kata. Kususun sesederhana mungkin untuk menceritakan dia yang begitu tak sederhana lagi. Ketika dia memahami mengapa aku masih diam, walau tak sekata pun aku ucapkan untuk mengungkapkan mengapa aku masih diam disini, sementara aku sudah menyuruhnya untuk pergi. Hanya saja senyumnya yang tak mampu pergi, dan hanya itu alasan mengapa aku masih diam disini. Tak sempurna bukan alasanku? Karna memang awalnya kumulai mencintai dan menunggunya karna kesederhanaannya dulu.
Kita pernah berjalan dibawah langit malam dengan sinar bulan penuh seperti malam ini. Tepat setahun lalu. Tepat bulan ini. Dan pada malam bulan purnama juga kita melalui tiap meter jalanan disana. Tapi mungkin dia sudah lupa.
Tanganku mulai kaku untuk merangkai apapun tentang kami dulu, mungkin itu semua karna aku sudah lelah dengan kesabaranku. Aku melihatnya selalu menjadi bagian pandanganku setiap harinya. Bahkan pribahasa roda pasti berputar itu juga berlaku untuk perasaan yang tak sadar kapan bertumbuhnya. Ya. Dan kini aku sedang berada dibawah sekali. Dan sakit sekali. Tetapi sekarang semua sudah menjadi biasa dan bisa ku atasi. Dengan liar dia sudah menebarkan apa yang akan ditumbuhkannya.
 Jika kau sempat untuk melihatnya, ku mohon lihatlah sebentar saja langit malam ini.
Disana sedang bersinar terang bulan yang bulat penuh,
Lingkarannya seolah menjebakku, seperti lingkaran yang aku rasakan,
Berjalan hanya pada bulatnya saja tetapi keindahannya selalu terpancar.
Lingkaran itu lah jalanku, tak berujung, tak tau kapan pula akan berhenti,
Yang aku tahu hanya berjalan dilingkaran itu.
Sangat tidak menguntungkan bagi mereka yang berfikir dengan logika.
Tapi kali ini aku dirajai perasaanku.
 Hingga aku sulit untuk menghentikan langkahku yang semakin ringan untuk melangkah terus, dan terus lagi.
Tapi selayaknya bulan yang memiliki lingkran penuh, dan terlihat keindahan sinar dari lingkaran itu, seperti itu juga yang aku rasakan,
Walau berjalan dialur yang itu-itu saja, tapi aku mampu merasakan keindahan.
"Bahkan kebosananku adalah keindahan itu."
Jejak kakiku sudah menebal dijalan itu, belum aku tinggalkan, tetapi malah semakin kuperjelas lagi. Bahkan ketika kau sudah meninggalkan jejak dan kenanganmu dilingkaran ini, aku masih berusaha menunggu. Hingga aku mungkin telah merasa bosan. Lalu mencoba melepaskan perlahan apa yang secara tidak langsung kau minta untuk aku jaga dulu. Aku tak ingin menjadi pengganggu pikiran sibukmu. Dengan segala hal yang tertumpuk dimeja kerjamu. Dengan segala jadwal yang tersusun didinding kamarmu. Maka aku akan mengurangi sedikit beban pikiranmu. Agar tidak merasa bersalah. Agar tidak merasa berhutang. Maka ketika perlahan langkahmu menjauh, dan ketika itu pula perlahan perasaanmu memudar. Aku sudah paham maksudmu. 

Aku serahkan semuanya pada alam yang dipakai Tuhan untuk mempertemukan kita, dan biarlah alam pula yang dipakai untuk memisahkan kita. Setidaknya aku mengerti kekuatan cinta didalam doa, dan keindahan mencintai melalui getar nada doa yang kuciptakan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar