Senin, 16 Juni 2014

"Silahkan ketuk pintu yang lain!!"



Silahkan ketuk pintu yang lain!!

Mungkin iya kerasnya lebih keras dari pada batu. Dan kuat seperti karang ditengah laut yang dihempas ombak dan tetap berdiri. tapi ketahuilah bahwa debu tak akan bisa bercampur dengan air. Seperti itu juga minyak, tak bisa bersatu dengan air. Tapi bukan kukehendaki untuk semua keadaan itu. Mari kita ibaratkan bahwa apa kau bentuk selama ini tak bisa kumaknai dengan apapun. Kurasa kau tak hanya sekali ini saja berhenti, dan mungkin tak hanya tertarik pada satu rumah saja untuk kau singgahi. 

Rumahku sudah terkunci, dan aku lupa dimana kuncinya kusimpan...

Aku bahkan lupa mengapa aku menguncinya dulu, padahal baru aku sadari isinya kosong, dan memang masih terpajang foto-foto kenangan yang ditangkap oleh mataku dulu. Masih tersusun rapi foto-fotonya, dan banyak lemari yang menyimpan buku yang berisikan deskripsi kenangan jaman itu. Rumahku tak mewah, tapi kuharap kau bisa membayangkan betapa rapinya didalamnya dengan segala interior yang sudah tersusun tepat disegala tempat yang semestinya. 

Jangan inginkan bahwa kau akan dapat masuk, karna benar-benar pintunya terkunci, dan aku hanya punya satu pintu untuk rumahku, agar aku bisa mengetahui siapa saja yang masuk dan siapa pula yang keluar. Bahkan aku tak ingin meleawatkan satupun dari yang keluar dan yang masuk itu. 

Memang sekuat apapun pintu terkunci pasti ada pembukanya. Tapi kunci yang kau bawa ternyata belum mampu membuka kerasnya pintu rumahku yang terkunci ini. Mungkin kau membawa kkunci yang salah, atau mungkin kau salah rumah. Karna didinding rumahku tak ada lagi tempat kosong untuk memajang foto-foto kenangan yang akan terekam oleh kamera mataku, seandainya pun jika kau berhasil masuk. Entah kenapa kau bisa berfikir untuk terus mengetuk pintu rumahku, padahal aku tak pernah sedikit pun mengundangmu untuk masuk dan mempersilahkan untuk tinggal dirumahku.

Kau selalu mengetuknya, padahal aku sudah tuliskan perumpamaan didaun pintuku yang bermakna menyuruhmu mencari pintu yang lain. Tapi tidakkah bisa kau tidak membuatku untuk merasa bersalah dengan tidak mempersilahkanmu masuk? Sakit melihatmu menahan langkah walau kau sudah berada didepan rumahku, tapi aku tak bisa membukanya untukmu, aku masih belum bisa mencampurkanmu dalam sejarah yang akan kupajang rapi didinding rumahku. Aku lebih baik mengurung diriku sendiri ditempatku ini, duduk diruang tamu rumahku dan memangangi foto-foto dan membaca cerita masa masa dulu. Ini lebih baik dari pada harus menyesuaikan diri dengan tamu baru. Karna aku tidak punya waktu untuk beranjak dari ruang favoritku ini. 

Silahkan ‘ketuk’ pintu yang lain! Maaf. Karena aku belum juga temukan kunci itu untuk membuka pintu untukmu. 

Silahkan cari ‘rumah’ yang baru untuk kau singgahi! Maaf. Karena ternyata rumahku sudah tak bisa menampung yang lain sebelum aku merenovasinya, tetapi aku juga belum bisa memastikan kapan aku siap merenovasi rumahku ini.

Silahkan cari ‘tuan rumah’ yang baru, yang lebih baik dariku, yang bisa mempersilahkanmu masuk, beristirahat, dan tinggal lebih lama dirumahnya. Silahkan...


2 komentar:

  1. Wah keren cerita fiksinya hehe eh btw ini fiksi atau non-fiksi yaa??

    Aku nyasar kesini, salam kenal yaaa. Mampir -mampir

    BalasHapus
  2. makasii yaa :) ini fiksi kok hahha
    iya salam kenal juga :)

    BalasHapus