Silahkan ketuk pintu yang lain!!
Mungkin iya kerasnya lebih keras dari pada batu. Dan kuat
seperti karang ditengah laut yang dihempas ombak dan tetap berdiri. tapi
ketahuilah bahwa debu tak akan bisa bercampur dengan air. Seperti itu juga
minyak, tak bisa bersatu dengan air. Tapi bukan kukehendaki untuk semua keadaan
itu. Mari kita ibaratkan bahwa apa kau bentuk selama ini tak bisa kumaknai
dengan apapun. Kurasa kau tak hanya sekali ini saja berhenti, dan mungkin tak
hanya tertarik pada satu rumah saja untuk kau singgahi.
Rumahku sudah terkunci, dan aku lupa dimana kuncinya
kusimpan...
Aku bahkan lupa mengapa aku menguncinya dulu, padahal baru
aku sadari isinya kosong, dan memang masih terpajang foto-foto kenangan yang
ditangkap oleh mataku dulu. Masih tersusun rapi foto-fotonya, dan banyak lemari
yang menyimpan buku yang berisikan deskripsi kenangan jaman itu. Rumahku tak
mewah, tapi kuharap kau bisa membayangkan betapa rapinya didalamnya dengan
segala interior yang sudah tersusun tepat disegala tempat yang semestinya.
Jangan inginkan bahwa kau akan dapat masuk, karna
benar-benar pintunya terkunci, dan aku hanya punya satu pintu untuk rumahku,
agar aku bisa mengetahui siapa saja yang masuk dan siapa pula yang keluar. Bahkan
aku tak ingin meleawatkan satupun dari yang keluar dan yang masuk itu.
Memang sekuat apapun pintu terkunci pasti ada pembukanya. Tapi
kunci yang kau bawa ternyata belum mampu membuka kerasnya pintu rumahku yang
terkunci ini. Mungkin kau membawa kkunci yang salah, atau mungkin kau salah
rumah. Karna didinding rumahku tak ada lagi tempat kosong untuk memajang
foto-foto kenangan yang akan terekam oleh kamera mataku, seandainya pun jika
kau berhasil masuk. Entah kenapa kau bisa berfikir untuk terus mengetuk pintu
rumahku, padahal aku tak pernah sedikit pun mengundangmu untuk masuk dan
mempersilahkan untuk tinggal dirumahku.
Kau selalu mengetuknya, padahal aku sudah tuliskan
perumpamaan didaun pintuku yang bermakna menyuruhmu mencari pintu yang lain. Tapi
tidakkah bisa kau tidak membuatku untuk merasa bersalah dengan tidak
mempersilahkanmu masuk? Sakit melihatmu menahan langkah walau kau sudah berada
didepan rumahku, tapi aku tak bisa membukanya untukmu, aku masih belum bisa
mencampurkanmu dalam sejarah yang akan kupajang rapi didinding rumahku. Aku lebih
baik mengurung diriku sendiri ditempatku ini, duduk diruang tamu rumahku dan
memangangi foto-foto dan membaca cerita masa masa dulu. Ini lebih baik dari
pada harus menyesuaikan diri dengan tamu baru. Karna aku tidak punya waktu
untuk beranjak dari ruang favoritku ini.
Silahkan ‘ketuk’ pintu yang lain! Maaf. Karena aku belum
juga temukan kunci itu untuk membuka pintu untukmu.
Silahkan cari ‘rumah’ yang baru untuk kau singgahi! Maaf. Karena
ternyata rumahku sudah tak bisa menampung yang lain sebelum aku merenovasinya,
tetapi aku juga belum bisa memastikan kapan aku siap merenovasi rumahku ini.
Silahkan cari ‘tuan rumah’ yang baru, yang lebih baik
dariku, yang bisa mempersilahkanmu masuk, beristirahat, dan tinggal lebih lama
dirumahnya. Silahkan...
Wah keren cerita fiksinya hehe eh btw ini fiksi atau non-fiksi yaa??
BalasHapusAku nyasar kesini, salam kenal yaaa. Mampir -mampir
makasii yaa :) ini fiksi kok hahha
BalasHapusiya salam kenal juga :)