
Singkat ceritanya, aku bahkan mendapat nomor
handphone-nya, wahh itu hal yang patut disyukuri, karna bukan aku yang
memintanya duluan. Kita SMS-an. Kita mention-an. Kita saling penasaran. dan
bahkan dia mencuri sebagian hati dan pikiranku. TIBATIBA... kesedihan itu
datang tiap kali dia mengajakku pergi, nonton bareng, berangkat kuliah agama
bareng, dan bahkan tawaran dia mengajakku kegerja pun tak sempat aku penuhi. Bukan
aku sengaja. Bahkan sejujurnya itulah yang aku inginkan. Tak lama kemudian
semuanya hilang. SMS pun hilang. Mention pun hilang. Yang kutahu hanya perasaan
yang sempat kujaga yang tak hilang, bahkan hingga sekarang. Ehh.. dia tak
hilang. Haa?? Tak hilang? Dimana? Ahh entahlah. Aku.. aku.. Ohh sudahlah, dia
memang terlanjur sudah melekat. Susah. Bahkan setelah beberapa bulan
kehilangannya aku (masih) belum bisa lupa. Bahkan semakin jelas kronologi
pertemuan aku dan dia, sabtu sore itu. Hingga sekarang.
Buatmu, yang
(sengaja) menjauh
Kau mungkin
dapat menjauh, sejauh apapun yang kau mau
Tetapi maaf. Kehadiranmu
yang singkat itu sudah terlanjur kubingkai dan kupajang
Aku tau, kau ada
disana.
Diseberang Sungai
Musi ini, kau berdiam.
Dan mungkin itu
jauh, jauh bagimu yang belum sadar bahwa ada aku
Yaa.. kau
ternyata (memang) jauh, kau sulit, tak
mudah bagiku yang hanya bisa merangkai kosa kata untuk selalu menceritakan
tentangmu.
Yang tak pernah
kau baca.
Tapi inilah
caraku (titik) Biarlah dengan puisi-puisi yang kutulis ini caraku mengungkapkannya
padamu, yang tak semua tau tentang aku
‘jika Ia yang
berkuasa tak membiarkan aku dan kamu menjadi KITA, maka biarlah Ia juga yang
akan membuka hati yang telah terlanjur mengunci engkau’
Walau bahkan
hingga kini, kau hanya mampu berputar tanpa berkeinginan untuk berhenti
atau bahkan ingin melupakan aku yang (dulu) pernah dengan sengaja kau cari
aku tak sengaja menjatuhkan pilihan padamu, yang benar ialah cinta yang terlanjur memilih hatimu sebagai tempat persinggahan..
berkisah dari september 2012
n.v.simanjuntak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar