Ini soundtrack yang berbeda, semua musik yang bergantian menghibur serasa menyindir suasana hati yang kian rapuh dengan keadaan yang semakin hambar ini yang dengan tak sengaja ternyata telah menyiksa batin. Pagi ini yang ada hanya bunyi mesin dari bus yang terus berjalan membawa kami, dan musik yang sengaja di-play tak ada suara dari jiwa-jiwa yang bersemangat melewati hari ini. Semuanya diam, tapi tidak bisu tidak juga tak miliki suara tapi entah mengapa semuanya hening. Ya tak apa. Biar lah hening seperti ini, diam tanpa kata yang bisa diucapkan ditengah suasana hati yang tak biasa ini tak biasa untuk matahari yang cerah pagi tadi.
Seperti keadaan kita
(aku dan kamu) yang tiba-tiba diam tapi tidak bisu. Harusnya kau tahu, ini jalan
yang sama, pernah kita lewati berdua. Bahkan lebih jauh dari tujuanku hari ini.
Ini juga jalan yang sama sama kita lalui untuk hari ini. Aku tahu, kau pasti
melalui jalan ini, tapi aku yakin, aku tidak dipertemukan denganmu dijalan yang
sama pagi ini. Semuanya telah berakhir, seperti aku akan mengakhiri
perjalananku pagi ini, karena jalan ini singkat, begitu singkat untuk waktu
yang panjang yang kita miliki. Aku hanya menceritakan aku saja, harusnya aku
bisa mengalahkan hatiku yang terlanjur, yang semuanya serba terlanjur,
terlanjur tersakiti. Tapi kamu tak tau itu (kurasa) karena apapun tentangku kau
hanya membacanya, tanpa memberikan pertanyaan ‘mengapa’.
Keadaan kita seperti supir bus yang tiba tiba menurunkan penumpang sebelum sampai pada tujuan, tanpa alasan yang jelas, ditengah setengah perjalanannya. Dan kamu tahu? Aku adalah ibarat penumpang itu, yang diturunkan dipertengahan jalan sebelum tujuanku, tapi aku tak bisa marah walau aku diturunkan tanpa alasan yang jelas, dan ditinggalkan sendiri, tanpa diberi tahu mana arah jalan pulangnya. Dan supir itu adalah kamu, kamu yang tanpa alasan menurunkan penumpang yang belum sampai pada tujuannya tanpa tanggungjawab bagaimana penumpang itu akan pulang.
Keadaan kita seperti supir bus yang tiba tiba menurunkan penumpang sebelum sampai pada tujuan, tanpa alasan yang jelas, ditengah setengah perjalanannya. Dan kamu tahu? Aku adalah ibarat penumpang itu, yang diturunkan dipertengahan jalan sebelum tujuanku, tapi aku tak bisa marah walau aku diturunkan tanpa alasan yang jelas, dan ditinggalkan sendiri, tanpa diberi tahu mana arah jalan pulangnya. Dan supir itu adalah kamu, kamu yang tanpa alasan menurunkan penumpang yang belum sampai pada tujuannya tanpa tanggungjawab bagaimana penumpang itu akan pulang.
Jika aku bisa
berkehendak, aku tak ingin melewati jalan ini lagi, karena semua yang pernah
tersimpan menjadi memori itu secara spontan terulang lagi sementara tak hanya
yang indah yang terangkai dalam film dokumenter kenangan itu, ada sakitnya
juga, dan sakitnya itu akan semakin membekas jika semua film dokumenter itu ter-putar
kembali.
"Tapi aku tak berhak marah". Aku tak berhak menangis, aku memang tak berhak atas apapun darimu sekalipun kau menurunkan aku sebelum aku sampai pada tujuanku. Karena mungkin bagimu aku hanya penumpang yang kau temukan dipinggiran jalan saat perjalananmu menuju arah yang kau inginkan...
"Tapi aku tak berhak marah". Aku tak berhak menangis, aku memang tak berhak atas apapun darimu sekalipun kau menurunkan aku sebelum aku sampai pada tujuanku. Karena mungkin bagimu aku hanya penumpang yang kau temukan dipinggiran jalan saat perjalananmu menuju arah yang kau inginkan...
plbg. 19sptmbr2013
nrt.vlntn.smnjntk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar