pernah tidak kau mencariku setelah beberapa bulan lalu kita pernah berbincang menghabiskan malam, duduk berdua yang menikmati malam dibawah terangnya sinar bulan? pernah tidak kau terfikir bahwa saat itu dengan tak sengaja kau sudah menitipkan senyum padaku? aku yang pernah kau jemput dengan senyum dan kehangatan? kau yang selalu memberikan kejutan hati padaku?
apakah lupa dengan semua itu? apakah semua tak bisa kau imbangi? antara hati dan logikamu? aku pun sama sepertimu, berada ditempat yang sama, dengan kesibukan yang sama, dan dengan penglihatan yang sama. mungkin sudah saatnya kau berubah dan pergi dengan semua yang hanya sia-sia. mungkin juga salahku, yang tak begitu menghiraukan pandanganmu.
kau jauh dariku, meninggalkan tanpa pesan. begitu antusias untuk menjauh dengan semua pertanyaan yang belum sempat kau tanyakan itu, ya aku percaya masih banyak pertanyaan yang ingin kau tanyakan setelah pertemuan kita malam itu. tapi mungkin juga Tuhan hanya mengijinkanmu mengantarkanku saja tanpa menjemputku lagi.
aku tak menyesali semua pertemuan singkat itu, aku cukup bahagia karna pernah memimpikanmu, karna aku ingin belajar mewujudkan mimpi dan menjaga mimpi denganmu. tertawa bersamamu dan menceritakan apapun padamu. kau pernah menjadi pengobat semua yang kau ketahui dulu. seperti obat, pahit tapi menyembuhakan. seperti sakit yang pasti akan sembuh maka aku percaya bahwa kelak sakit yang aku titipkan juga akan bisa sembuh, seperti kau yang berhasil menyembuhkan sakit yang teramat sakit yang kau ketahui dulu.
"tapi sekarang aku tidak akan tidur untuk memimpikanmu, tidak akan bangun untuk senyum karnamu. aku takkan melanjutkannya lagi. karna aku tahu sakitnya bagaimana. aku tahu seberapa banyak air yang akan dikeluarkan oleh mataku. aku akan menghentikan langkah. aku ingin waktu cepat berlalu, seperti kau berlalu begitu cepat seprti yang kau inginkan"
hingga dia terjatuh dan terbuang, tak berpemilik dan terinjak. mungkin jika ia berbicara bukan itu yang dia mau, tapi memang itu takdir yang harus dijalaninya. ia masih sempat berdiri dibelakangmu dari kejauhan untuk sekedar melihatmu, untuk sekedar menghantarkan senyum walau kau tak melihatnya. walau kau tak menolehnya. karna cintanya yang tak bisa dilawan dengan segala ego yang ia punya.
itu dia yang dulu, sebelum kau tinggalkan, sebelum kau biarkan bermimpi dalam pertanyaan menghantui, jalannya tak lurus lagi, pikirannya tak senyaman dulu lagi. dia lumpuh, hatinya mati rasa, sakit yang sebelumnya belum pulih terobati, sekarang obat itu menimbulkan penyakit baru yang lebih parah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar